Towards sustainable excellence company agar bisnis yang dijalankan berkontribusi pada Sustainable Development Goals (SDGs) menjadi visi Sintesa Group yang dipimpin sang CEO, Shinta Widjaja Kamdani. Penerapan SDGs menjadi penting, sehingga pengelolaan portofolio bisnis yang dilakukan Sintesa Group sebagai strategic investment company melalui 16 anak perusahaan, dapat memberi dampak usaha bagi people, planet, dan profit.
“Saya meyakini, keberlanjutan atau sustainability adalah penentu masa depan dan kita tidak akan pernah mewujudkan sustainable development goals, tanpa adanya keterlibatan sektor bisnis. Mengingat bisnis mempunyai power untuk memberikan kontribusi positif, seperti menciptakan lapangan kerja yang lebih ramah lingkungan dan berkontribusi pada pengembangan sumber daya manusia. Bahkan, menemukan solusi inovatif untuk mengatasi tantangan iklim yang akan menentukan masa depan generasi mendatang,” papar lulusan Barnard College of Columbia University dan Harvard Business School ini.
BACA JUGA:
Sri Mulyani: Semakin Membaik Menuju Pemulihan
Winnie Yamashita Rolindrawan: Perkuat Industri Fintech dan Seni Tanah Air
Shinta melihat keberlanjutan tidak hanya sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan, melainkan sebuah katalisator menentukan arah bisnis. Untuk mewujudkannya, Sintesa Group telah mengembangkan Roadmap SDGs yang disebut ‘Sintesa untuk Bumi’. Dia melanjutkan, “Ini adalah komitmen perusahaan kami untuk berkontribusi pada impact investing dan operational impact. Sintesa Untuk Bumi adalah kompas seluruh usaha yang dijalankan dalam menerapkan nilai-nilai berkelanjutan, baik dalam ekspansi bisnis maupun value chain. Untuk itu kami juga mengintegrasikan prinsip-prinsip berkelanjutan dalam business model kami, melalui Sintesa Green Energy, Sintesa Health, dan Sintesa Eco-Tourism.
Untuk Sintesa Health melalui anak perusahaan PT Sintesa Duta Sejahtera, dampak investasi terhadap SDGs adalah portfolio bisnis ini berkontribusi secara tidak langsung pada perbaikan kondisi kesehatan, melalui distribusi produk kesehatan. Sedangkan untuk Sintesa Energy melalui PT Meppogen yang merupakan Independent Power Producer Gas dan Uap, anak perusahaan ini bertujuan berkontribusi atas akses energi yang terjangkau, reliable, modern, serta pengurangan emisi.
“Sementara, PT Sintesa Banten Geothermal, mengembangkan usaha renewable energy, agar berkontribusi pada ketersediaan energi bersih dan terbarukan. Sedangkan untuk business model Sintesa Eco-tourism, melalui izin KEK Likupang yang diperoleh anak perusahaan kami, adalah integrated business model yang berdampak pada pariwisata berkelanjutan,” papar Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Maritim, Investasi, dan Luar Negeri KADIN Indonesia ini.
Sebagai Ketua Forum B20 Indonesia, Shinta memiliki minat besar pada isu perempuan dan berusaha mendorong perempuan semakin berdaya. Melalui Presidensi B20 Indonesia secara khusus membentuk Women in Business Action Council yang selain menghasilkan rekomendasi kebijakan, juga meluncurkan cetak biru One Global Women Empowerment (OGWE).
“Ini adalah sebuah platform yang akan menjadi penghubung pihak yang membutuhkan, sekaligus memberikan bantuan dalam hal pemberdayaan perempuan pekerja dan pelaku usaha. Kita masih menghadapi tantangan ketidaksetaraan gender, padahal banyak peluang yang sangat besar bisa terjadi apabila kesetaraan partisipasi perempuan dalam dunia kerja dan sektor usaha–khususnya UMKM yang dimiliki perempuan, semakin meningkat,” ungkapnya.
Jika melihat lebih jauh, 60% dari total ekonomi nasional dan 97% penciptaan maupun penyerapan kesempatan kerja disumbangkan oleh UMKM, dan sebanyak 64% dari total pengusaha UMKM adalah perempuan. Penelitian juga mengungkapkan bahwa usaha yang didirikan perempuan dinilai mampu memberikan dampak ekonomi dan inovasi jauh lebih baik, daripada laki-laki. Selain itu, survei global memprediksi sebanyak 30,2% pengusaha perempuan akan mempekerjakan enam atau lebih karyawan dalam lima tahun ke depan, dibandingkan dengan 48% pengusaha laki-laki. Menilik data tersebut, perempuan jelas menunjukkan kontribusi nyata dalam pembangunan ekonomi. “Bayangkan jika lebih banyak lagi perempuan yang kita libatkan dalam ekonomi dan pembangunan nasional. Tentunya kita akan merasakan manfaat jauh lebih besar dari yang kita rasakan sekarang,” tambahnya.
BACA JUGA:
Yuli Yulianti: Berdayakan Diri dengan Passion
dr. Ayu Widyaningrum: Menjaga Kualitas & Selalu Berinovasi
Shinta meyakini, pemberdayaan perempuan adalah salah satu kunci pertumbuhan ekonomi global yang inklusif, tangguh, dan berkelanjutan. “Ini dilakukan melalui 3 key action platform OGWE. Yang pertama B20 Indonesia fokus melakukan upaya pemberdayaan pengusaha perempuan dengan mengembangkan ekosistem yang memberikan akses pada dukumgan finansial, regulasi, hingga bantuan teknis bagi pelaku usaha. Kedua, mendorong akselerasi percepatan kemampuan digital, dan kepemimpinan perempuan. Terakhir, mendorong lingkungan yang adil dan aman bagi semua pekerja perempuan di sektor perekonomian informal, termasuk masyarakat pedesaan.”
Kita patut berbangga di usia Republik Indonesia yang ke-77 sudah semakin banyak perempuan yang berjuang memerdekakan dirinya untuk berdaya dan berkarya, ini merupakan salah satu faktor kunci kemajuan bangsa. Secara khusus paska krisis Covid-19, kita menyaksikan bagaimana tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan justru mengalami peningkatan. Data Kementerian Ketenagakerjaan RI mencatat, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan di bulan Agustus 2021 sebanyak 53,34%. Sedangkan, di bulan yang sama pada tahun 2019 tenaga kerja perempuan sebanyak 51,81%.
Shinta menegaskan, meningkatnya angka partipasi angkatan kerja perempuan merupakan sebuah kemajuan yang perlu terus dikawal. Kolaborasi dan sinergi sektor bisnis global dalam B20 sebagai business outreach and engagement G20, diyakini akan mampu mengatasi tantangan isu pemberdayaan perempuan baik sebagai pekerja maupun pelaku usaha. Karena bagi Shinta, perempuan layak mendapatkan peluang setara untuk berdaya dan berkarya agar dapat berkontribusi membangun ketangguhan ekonomi bangsa. Perempuan perlu mengembangkan dan meningkatkan produktivitas, kemandirian berpikir untuk leluasa menuangkan ide dan gagasan, hingga terlibat dalam aktivitas perekonomian. Agar pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dapat terwujud.