Krisis dan inflasi global berdampak pada semua industri. Penurunan daya beli menjadi sesuatu yang tak terhindari. Konsumen lebih memilih untuk menunda membeli sesuatu yang sifatnya tidak mendesak. Namun, menurut Andi Renreng, Head Of Marketing POCO Indonesia, industri smartphone sendiri masih cukup stabil. “Justru pada saat inflasi dan krisis seperti ini, makin banyak orang yang lebih kritis dalam memilih sebuah smartphone. Mereka akan mencari bukan hanya dari sisi brand, tapi lebih pada apa yang bisa didapat dari sebuah smartphone,” tuturnya.
Melihat peluang tersebut, POCO yang telah hadir di Tanah Air sejak 2018 selalu mencoba untuk memberikan produk dengan harga dan spesifikasi yang ekstrem. POCO pun ditantang untuk bersaing dengan nama lain yang sudah lebih besar. Strategi tepat sangat diperlukan, agar mampu bersaing di pasar. Salah satu langkah yang dilakukan adalah membawa brand value yang dikenal bold, different, dan disruptif.
BACA JUGA:
TJ Tham: Ciptakan Ekosistem Pendukung UMKM
Shaane Harjani: Membangun Hidup Menggapai Mimpi
Pendekatan yang Tepat
Hadir sebagai jawaban untuk orang-orang yang tidak menginginkan gimmick belaka, POCO memberikan performance yang nyata. Fokus pada target audience tersebut, brand yang telah menjadi independen pada 2021 ini mendapat sambutan dari anak-anak muda anti-mainstream. Mengandalkan kemampuan kuat, perlahan komunitas yang loyal pun terbangun.
Andi mengaku langkah diruptif POCO menawarkan produk yang tidak menonjolkan desain menjadi senjata yang ampuh. Tak hanya dari segi kualitas, harga smartphone ini juga terbukti cukup kompetitif. “POCO berjanji untuk tetap menghadirkan brand dengan extreme performance dan extreme price,” ujar pria lulusan Universitas Sumatra Utara ini dengan mantap.
Lebih lanjut Andi menjelaskan harga ekstrem bukan berarti murahan. Jika dibandingkan dari sisi spesifikasi yang sama pada smartphone lain, POCO akan selalu unggul dari sisi harga. Sementara bila dibandingkan dari segi harga, spesifikasi POCO jelas lebih unggul. Hal ini tampak pada ponsel pintar keluarannya, mulai dari F series, X series, hingga yang terbaru C series.
Menjadi smartphone flagship, POCO F series yang menjadi lini produk paling tinggi. Ditujukan bagi orang-orang berjiwa muda yang mendambakan teknologi mutakhir dari sebuah ponsel pintar. Prosesor, layar, RAM, storage, semua menggunakan teknologi terbaru. X series biasanya menjadi favorit pro player atau pencinta games. Sedangkan M series menyasar anak muda yang ingin menonjol di lingkaran pertemanan mereka, ingin tampil beda, dan aktif membuat konten di media sosial.
Untuk menggapai lebih banyak audience, POCO meluncurkan C series. “Banyak orang di luar target kita ingin menjajal POCO karena nilai yang ditawarkan. Nah, C series ini adalah jawabannya. Kami mencoba untuk meluaskan target audience kita melalui C series dengan tetap membawa value yang sama,” ungkap Andi.
Tak Ingin Jadi Biasa
Melihat penetrasi pasar yang bagus, baik online maupun offline, POCO yang dikenal secara global justru membuka toko pertamanya di dunia di Indonesia. Didirikan untuk meraih target audience, toko itu tidak berada di dalam pusat perbelanjaan, melainkan di tempat orang biasa hang out.
BACA JUGA:
POCO M5 Series Maksimalkan Performance dan Entertainment
Antusiasme Perdana POCO C40 #SiPalingSejutaan Ludes
“Objektifnya bukan untuk berjualan, tetapi mendekatkan kami dengan target audience. Mereka mungkin akan hangout dulu, dan melihat ada POCO di situ. Rasa penasaran akan membuat mereka bertanya-tanya, masuk ke toko dan mencoba produk kami. Saat mereka membeli produk, mereka akan menjadi orang-orang yang membantu kami untuk menyebarkan nilai-nilai POCO,” jelas Andi.
Untuk menarik perhatian masyarakat, tidak hanya di Indonesia tetapi juga global, POCO berkolaborasi dengan VTuber Nijisanji ID dalam acara peluncuran Seri M3 5G tahun lalu. Kerja sama ini mendapat apresiasi dari media dan komunitas di Jepang, serta berhasil menggaet segmen penggemar anime maupun video game.
Launching produk yang tidak biasa kembali diadakan dengan menghadirkan POCO Fest 2022. Menggabungkan berbagai genre musik, acara virtual ini menyedot banyak perhatian. Keragaman musisi pilihan yang tampil mewakili keragaman karakter Generasi Z Indonesia, di antaranya band surf rock The Panturas dan Danilla. “Inilah cara kami, karena brand baru kami harus berbeda. Dan kami harus bisa memastikan bisa berdampak dan menjadi perhatian global,” kata Andi mengenai langkah ekstrem dalam memperkenalkan POCO di Tanah Air.
Tidak hanya menargetkan Gen Z, POCO juga didominasi para pegawai dari generasi tersebut. Karakteristik mereka yang kritis mendorong Andi makin mengerti kelebihan maupun kekurangan mereka masing-masing. Bagaimana cara bicara yang tepat, kapan waktunya, serta berusaha menciptakan suasana kerja yang fun. Menurutnya hal ini bisa membuat tim tidak tertekan, meskipun tuntutannya tinggi.
Dia pun selalu mengajak anak buahnya untuk mengenal seperti apa POCO dan sebisa mungkin menjadikannya sebagai bagian kehidupan sehari-hari. “Karena pada saat brand ini menjadi bagian hidup, mereka tidak akan merasa seperti sedang bekerja. Tim juga akan mengerti tentang produk yang kami bawa, dan target audience yang disasar,” ucap Andi bersemangat.
Pada saat istirahat misalnya, mereka bisa menghabiskan waktu untuk mabar alias ‘main bareng’. Selain mempererat keakraban dan sebagai stress relief, ajang ini bisa jadi cara untuk mengeksplorasi produk mereka. “Banyak kemungkinan akan terkuak, jika kita mau membuka diri. Saya pun jadi banyak tahu dan memahami produk dengan ikut main bersama, sehingga bisa relate dengan target audience,” tambah Andi kepada Women’s Obsession.