Kedatangannya di Indonesia pada 2014 untuk mengembangkan Grab Indonesia membawa TJ Tham bertemu banyak orang dengan berbagai latar belakang, termasuk enterpreneur. Dia mendapati banyak brand lokal yang mempunyai potensi besar dan mampu membangun bisnis dari nol serta mencapai profit. Namun, ketika ditanya apa langkah selanjutnya mereka sering kali kebingungan untuk mengembangkan bisnis lebih jauh.
Dari situlah TJ berkeinginan untuk mendorong brand lokal naik ke level berikutnya dengan mendirikan Tjufoo, sebuah brand aggregator. Menggunakan model bisnis direct-to-consumer (D2C), dia berharap makin banyak brand lokal yang bergabung dan mendapatkan manfaat dari ekosistem yang dikembangkan Tjufoo. Selain pendanaan, pria yang pernah menjabat sebagai CEO Grabwheel berpendapat masalah yang kerap dialami UMKM di Tanah Air adalah resources dan penggunaan data dalam pembuatan keputusan. Kesulitan mendapatkan pegawai yang profesional dan bagaimana memaksimalkan peran mereka adalah sedikit di antara kendala dari segi sumber daya manusia.
BACA JUGA:
Shaane Harjani: Hidup Menggapai Mimpi
Thomas Oloan Siregar: Melakukan yang Terbaik dan Sepenuh Hati
“Saya melihat peluang besar untuk menghadirkan solusi yang membantu brand-brand ini berkembang. Melalui Tjufoo kami ingin memberikan expertise, solusi berdasarkan kebutuhan sesuai brand masing-masing,” ujar pria kelahiran Negeri Jiran ini.
Bangun Ekosistem untuk UMKM
Melihat potensi UMKM di Indonesia yang menyumbangkan sekitar 61% terhadap PDB dan juga sekitar 14,3% ekspor nasional menunjukkan potensi bisnis yang luar biasa. Kesadaran akan bisnis berkelanjutan juga menjadi kepedulian Tjufoo yang ingin berperan membantu entrepreneur lokal membangun bisnis mereka ke arah yang lebih sustainable, agar bisa memberi dampak serupa kepada karyawan.
Brand-brand yang telah bergabung dengan Tjufoo sampai kuartal keempat 2022 juga memiliki kesamaan visi tersebut. Contohnya, adalah ACMIC yang menyediakan produk power bank. Baterai yang digunakan dapat menjadi limbah berbahaya bagi lingukungan jika dibuang sembarang. Sampah elektronik semacam ini tidak bisa dibuang ke TPA begitu saja. ACMIC pun kemudian menggandeng Waste4Change untuk mengolah sampah elektronik mereka dengan bertanggung jawab.
Tjufoo aktif pula mendorong kesetaraan para womenpreneur, agar mendapatkan kesempatan bersaing yang sama. Awal tahun lalu, menggandeng Sarinah turut serta dalam program Sarinah Pandu demi mendukung dan meningkatkan bisnis UMKM secara maksimal. Dukungan yang diberikan Tjufoo berupa pendanaan bisnis, mentoring, dan penyediaan ekosistem yang dimiliki.
Sejalan dengan pemberdayaan perempuan yang menjadi mayoritas pelaku UMKM, Tjufoo meluncurkan Akselerasi Bisnis (AKSI) Perempuan berkolaborasi dengan Stellar Women beberapa waktu lalu. Program inkubasi bisnis ini menyediakan sesi mentoring dan bootcamp selama tiga hari. Peserta yang lulus nantinya akan mendapatkan pendanaan dari Tjufoo.
Menargetkan sekitar 5000 peserta, 2170 di antaranya bergabung secara online dalam pelatihan untuk memperebutkan bantuan pendanaan sebesar Rp1,8 triliun yang siap digelontorkan. “Womenpreneur terpilih nantinya dapat memanfaatkan fasilitas yang disediakan Tjufoo. Berpengalaman selama 10 tahun membangun brand di Indonesia dengan 300 perusahaan global maupun lokal, manfaatnya pun cukup banyak. Seperti Cypruz yang mengalami peningkatan online sales sekitar 6 kali lipat dalam waktu yang singkat. Kami bisa bantu mereka bukan saja di performa marketing, tapi juga brand management untuk meningkatkan exposure mereka, hingga mencari brand ambassador seperti Amanda Manopo untuk menambahkan brand identity,” tutur TJ.
BACA JUGA:
Arno D Rizaldi Setiawan: Berjuang Bangun Loyalitas
Fadjar Judisiawan: Manfaatkan Teknologi Hadirkan Layanan Unggul
Pertumbuhan Internal
Meskipun belum genap setahun, TJ menilai kemajuan Tjufoo lumayan pesat. Saat ini sudah enam brand yang bergabung, mulai dari bidang house & living, beauty, health & wellness, dan banyak lagi lainnya. Dia pun tak khawatir dengan pesaing, karena menurutnya pasar masih terus berinovasi. Dengan makin banyaknya kompetitor, justru membuka peluang untuk mengembangkan ekonomi Indonesia bersama-sama.
Menerapkan gaya kepemimpinan inklusif, TJ selalu mendorong rekan-rekannya untuk mengeluarkan ide ataupun feedback. Jadi tidak hanya menerima arahan saja, melainkan bersikap proaktif. Dia juga menganut prinsip ‘be as lazy as you can be’. Bukan malam dalam artian tidak mau bekerja, tetapi orang malam biasanya mampu memikirkan cara yang praktis sebagai solusi menghadapi masalah.
Mengidolakan Steve Jobs hingga co-founder Grab Anthony Tan, TJ mengaku meniru prinsip mereka. Tips-nya adalah tak bosan belajar dan berpikiran terbuka, sehingga bisa menyerap pengalaman apa pun yang dihadapi. Pria yang menjadi anggota Forbes Council ini menceritakan pula kepada Women’s Obsession bahwa kedua orang tuanya yang bekerja sebagai profesional juga turut menginspirasi dalam menjadikan dirinya seperti sekarang. Dia juga berpesan kepada para entrepreneur yang sedang berjuang untuk memanfaatkan waktu sebaik mungkin, karena waktu tidak bisa dibeli kembali.
Nur A | Foto: Sutanto