Mencicipi Tradisi Kuliner Italia ala Toscana Resto

 

Restoran Italia jamak ditemukan di ibu kota, namun tak banyak yang menawarkan cita rasa otentik. Salah satunya adalah Toscana Resto yang terletak di kawasan Kemang. Didirikan pada 1996, restoran ini juga merupakan satu di antara pionir restoran Italia autentik di Jakarta. Ellyta Soetantyo, sang pemilik, membuka restoran ini didorong akan kecintaannya akan budaya dan kuliner Italia yang berwarna, terutama di kota-kota seperti Milan dan Roma.

 

Setelah melalui renovasi selama enam bulan, Toscana kembali membuka pintu bagi pengunjungnya, lengkap dengan logo baru, transformasi desain memukau, koki anyar, serta menu-menu gres. Dengan tetap mempertahankan tradisi menghadirkan makanan-makanan lezat selama bertahun-tahun, babak baru Toscana ini bertujuan untuk memperluas pasar dengan merangkul pelanggan baru melalui konsepnya yang telah teruji selama lebih dari dua dekade. Di tengah seluruh perubahan menarik ini, Toscana tetap mempertahankan nilai-nilai intinya, yakni autentisitas dan menghadirkan kenyamanan serta kepuasan kepada para tamu.

 

BACA JUGA:

Traditional Heritage in Modern Style

Menu Baru Paris Baquette di K-Spicy Ppang Fair

 

Desain baru Toscana terinspirasi dari nuansa modern tanpa melupakan sentuhan legendaris yang mendefinisikan karakter restorannya selama 27 tahun ini. Dinding batu bata tanpa semen yang menjadi ciri khas Toscana dihilangkan, diganti dengan dinding berwarna biru muda dengan sentuhan aksen kayu cantik. Warna segar ini melebur sempurna dengan furnitur barunya yang bernuansa klasik modern. Di dekat pintu masuk, terdapat teras berpendingin udara bagi tamu yang mendambakan pengalaman bersantap semi-alfresco yang nyaman. Area ini dapat menampung 16 orang.

 

Di area makan utama dengan bar menawan dan lampu yang menggantung cantik, Women's Obsession merasakan jamuan cucina italiana. “Budaya Italia fokus pada keluarga dan acara kumpul-kumpul. Toscana yang baru didesain untuk menghadirkan atmosfer nyaman dan mengundang, selaras dengan tawaran kuliner kami yang ringan, namun memesona. Saya percaya pengalaman tamu sangat dipengaruhi oleh desain interior serta suasana dari restoran tempat mereka makan,” ujar Hasan Masyhur, General Manager Toscana.

 

 

Perjamuan kami diawali demo pembuatan Pizza Margherita oleh Executive Chef Akmal yang baru bergabung dari Singapura. Sajian yang dijuluki sebagai makanan ratu ini dibuat tipis yang menghasilkan pizza nan renyah dengan topping bahan-bahan sederhana, seperti tomat, mozzarella, dan basil yang dipetik dari pot sendiri. Untuk menambah aroma smokey, pizza dipanggang di oven bata dengan kayu pohon rambutan.

 

Chef Akmal yang sempat menjabat sebagai head chef di Sama Sama, sebuah restoran Indonesia ternama di Singapura, lanjut dengan hidangan appetizer berikutnya, Tonno Bellavista. Dimasak dengan teknik confit, tuna disajikan tanpa banyak seasoning, kemudian dipugasi avocado puree dan steam caper.

 

 

Cesare yang terdiri dari baby romaine lettuce segar, anchovies, ayam panggang, taburan keju Grana Padano, dan tak ketinggalan classic house-made Cesare dressing. Menu ciptaan Caesar Cardini di Meksiko pada tahun 1920-an ini dijamin menggugah nafsu makan kita dengan kesegarannya. Santapan selanjutnya adalah Livornese, yang berasal dari Livorno, Tuscany. Menggunakan pasta linguine, dipadukan dengan confit tuna segar, Hokkaido scallops panggang, baby squid dan ditaburi remah roti buatan sendiri.

 

Striploin tampil menjadi hidangan utama yang mengandalkan daging Black Angus MB4+ Australia yang telah melalui proses dry-aged selama 30 hari. Disajikan dengan Cannellini beans dan saus Green Peppercorn, daging lembut tersebut seolah lumer di mulut. Santap siang kami diakhiri dengan Creama Catalana, pudding vanilla bertekstur creamy, dengan karamel serta biji vanili. Penutup sempurna untuk makan siang yang istimewa. Buinnisimo!