Berlian yang digadang-gadang sebagai sahabat terbaik perempuan, nyatanya memiliki kisah kelam di baliknya. Penambangan yang tidak beretika dan kerap memicu konflik hanyalah sedikit alasannya. Belum lagi prosesnya yang dapat merusak alam jika dilakukan sembarangan.
Mengusung konsep berkelanjutan, berbagai brand perhiasan mulai melirik lab grown diamond sebagai alternatif, karena dianggap lebih ramah lingkungan. Secara sederhana, berlian ini dapat diartikan sebagai berlian yang pembuatannya dilakukan di dalam laboratorium.
BACA JUGA:
Sol et Terre Kenalkan Lab Grown Diamond Pertama di Indonesia
Ada Gurita di Koleksi Genderless Aquatic Isshu x Alegeor
Proses pembuatannya serupa dengan berlian hasil tambang, yang membedakan adalah lokasi dan durasi pembuatannya. Proses pembuatan lab grown diamond di laboratorium memakan waktu hanya sekitar satu bulan, jauh lebih singkat dibandingkan berlian hasil tambang yang pembuatannya memakan waktu miliaran tahun.
Lab grown diamond disebut memiliki sifat optik, fisik, dan kimia yang sama dengan berlian hasil tambang. Karena itulah, baik lab grown diamond dan berlian hasil tambang (mined diamond) kini dikategorikan sebagai berlian asli.
“Penilaiannya juga dilakukan berdasarkan 4C yang menjadi standar internasional, yaitu cut (potongan), color (warna), clarity (kejernihan), dan carat (berat karat),” jelas Sumarni Paramita, Direktur Adamas Gemological Laboratory of Indonesia dan Institute Gemology Paramita, pada acara peluncuran Sol et Terre di ICE BSD pada Jumat (6/10/2023) lalu.
Pada 2018 Federal Trade Commission di Amerika Serikat menyatakan bahwa lab grown diamond adalah berlian asli, karena memiliki karakteristik dan komposisi yang identik dengan berlian hasil tambang.
Pernyataan ini membuat lab grown diamond dan berlian hasil tambang tak boleh lagi diberi sebutan dan dimasukkan dalam kategori yang berbeda, karena dianggap dapat memicu kerancuan di masyarakat.
Berbeda dengan lab grown diamond, berlian imitasi seperti moissanite atau cubic zirconia memiliki komposisi kimiawi, gravitasi, tingkat kekerasan, dan indeks refraksi yang berbeda.