Bermodal pengalamannya sebagai business development di salah satu e-commerce Indonesia, Silvano Christian menyanggupi untuk bergabung dengan Dapur Cokelat pada 2019. Ketika itu dia diminta untuk mengembangkan social media marketing.
Peranannya menjadi krusial ketika revenue perusahaan menurun akibat terdampak pandemi. Dia pun melihat potensinya untuk mengembalikan pendapatan perusahan dan beralih jabatan dari head of marketing menjadi head of business development.
“Pada waktu itu saya fokus pada e-commerce dan online retailing memanfaatkan kontak teman-teman di e-commerce dulu. Promosinya juga jauh lebih besar dibandingkan sekarang,” tutur pria yang pernah mendapat penghargaan Forbes 30 under 30 ini.
Kemudian pandemi melanda, semua orang harus beraktivitas dari rumah, sehingga kebutuhan online menjadi sangat vital. Untungnya, Dapur Cokelat sudah siap dari tahun sebelumnya. “Jadi pada saat online booming kami sudah one step ahead dibandingkan kompetitor. Kami sudah set promo dan hubungan dengan third party platform sudah berjalan. Setelah itu kami juga melakukan banyak testing dengan Cloud Kitchens yang beberapa sudah tutup sekarang,” papar Silvano.
BACA JUGA:
M Imron Rosyadi Nur: Bekerja Extramile dengan Prinsip Kehati-hatian
Darmawan Prasodjo: Raih Sukses dengan Transformasi
Dalam waktu tidak terlalu lama, Dapur Cokelat pun berhasil bangkit. Keberhasilannya tersebut kemudian membuat founder Dapur Cokelat memercayakan tongkat kepemimpinan kepada Silvano. Tepat pada ulang tahun ke-22 Dapur Cokelat, pria lulusan teknik industri itu menduduki posisi chief executive officer.
Growth Strategies
Memanfaatkan latar belakang pendidikannya, Silvano memadukan pengetahuannya tentang engineering, modeling, dan simulation dalam menerapkan strateginya mengembangkan Dapur Cokelat. Dia mengumpamakan pendekatannya dengan mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi. Biasanya kita harus memetakan sebuah sistem dan melihat apakah ada loophole atau masalah yang terjadi, sehingga efisiensinya bisa ditingkatkan.
“Kalau skripsi ada hipotesis, lalu dites. Sama seperti Dapur Cokelat, kami lakukan testing dalam skala kecil. Contohnya cloud kitchen, setelah uji coba kami upscale dengan skala lebih besar, kemudian mewujudkannya dalam bentuk ekspansi delivery points sampai sekarang,” terangnya.
Ditanya mengenai strateginya tentang growth revenue, Silvano mengatakan pondasinya telah dibangun sejak awal 2020. Sebagai sebuah brand, Dapur Cokelat cukup agile, sehingga mampu bertahan sementara brand-brand lain terpaksa harus tutup dan merumahkan karyawan mereka ketika pandemi.
“Puji Tuhan, pada saat itu Dapur Cokelat tidak merumahkan karyawan sama sekali. Malah kami ekspansi cukup besar. Jadi kami membuka banyak delivery points pada saat pandemi. Sekarang sudah sampai 63 titik. Kami juga mencoba konsep ke ghost kitchen, tempat customer bisa melakukan ordering melalui online delivery. Kami pun mendekatkan delivery point ke kompleks perumahan pelanggan, karena semua orang tidak boleh keluar dari rumah,” ujarnya dengan bersemangat.
Terobosan baru yang turut meningkatkan revenue adalah diluncurkannya aplikasi Dapur Cokelat pada saat ulang tahun ke-22 lalu. Masih terus berkembang, aplikasi ini tujuan awalnya adalah untuk mengenal lebih banyak dari sisi kebutuhan pelanggannya.
BACA JUGA:
Eko Pujianto: Dari Dongeng Jadi Kisah Nyata
Henry Husada: Hidup Bermanfaat Bagi Banyak Orang
Banyak penawaran diberikan untuk loyal customer, sehingga terasa kesan eksklusif sebagai member. Fokus pada costumer, Dapur Cokelat pun dengan lincah mengubah taktik ketika pascapandemi orang-orang mulai beraktivitas di luar kembali.
Delivery points didirikan di titik-titik yang mendekat ke area perkantoran dan industri untuk menjangkau lebih banyak pelanggan. “Contohnya seperti di SCBD, Kuningan, Benhil, dan kompleks Jababeka. Kami coba mendekat ke tempat customer kami sekarang,” ujarnya lebih lanjut.
Goal to Achieve
Untuk pengembangan internal, Silvano mengungkapkan dirinya termasuk cukup beruntung mendapat tim yang sudah berkecimpung lama di industri ini. Dia memberikan keleluasaan kepada timnya untuk mengambil keputusan, tentunya berdasarkan data-data yang ada dan pemikiran mereka.
Tujuannya agar mereka tidak selalu tergantung dalam menentukan keputusan penting dari pimpinan, tetapi mampu berinisiatif memikirkan solusi dari permasalahan yang dihadapi. Memimpin sebuah perusahaan yang telah berdiri selama 22 tahun diakuinya bukanlah hal mudah. Dia tak memungkiri merasakan beban besar untuk memajukan Dapur Cokelat agar tumbuh lebih baik lagi di tahun mendatang.
“Jadi, saya berharap mungkin ke depannya saya bukan hanya bisa membuat Double Chocolate berkembang, tapi bisa membuat Dapur Cokelat bukan hanya menjadi brand Indonesia, tapi multi-national brand,” ujar pria yang pernah menjadi atlet gokart ini.
Agar tidak jenuh, Silvano mengatakan dirinya masih menjalani passion-nya di olahraga gokart. Setiap akhir pekan dia menghabiskan waktu melatih gokart untuk anak-anak sebagai upaya regenerasi. Dia juga rutin berolahraga pagi sebelum ke kantor, lari, serta angkat beban untuk menjaga tubuh tetap fit. Dia percaya jika tubuh sehat, jiwa pun akan ikut sehat. Bekerja pun jadi tidak terasa berat.
“Saat ini saya lebih banyak continuous improvement. Goal jangka panjangnya yang ingin saya capai seperti apa. Biasanya setiap beberapa tahun saya evaluasi diri saya sendiri, apakah sudah dekat dengan mimpi yang saya inginkan. Jika belum apa yang perlu saya lakukan ke depannya,” katanya mengakhiri wawancara dengan Women’s Obsession.