Telah eksis selama ribuan tahun, roti sudah menjadi bahan makanan yang dikonsumsi di berbagai kesempatan. Menjadi makanan pokok bagi sebagian negara, ternyata roti memiliki perjalanan yang sangat panjang. Dalam perjalanannya, roti bahkan tidak hanya berperan sebagai penganan yang bebas dikonsumsi siapa saja seperti saat ini, tapi pada masa lampau roti juga menjadi makanan yang hanya boleh dikonsumsi kalangan tertentu.
Pertama kali, roti ditemukan pada sekitar tiga puluh ribu tahun yang lalu di Mesir. Di awal kemunculannya, roti dibuat dengan biji-bijian dan buah-buahan yang digiling hingga halus dan dicampurkan dengan air lalu dipanggang di atas api. Seiring berjalannya waktu, pembuatan roti semakin berkembang.
Pada zaman Yunani dan Romawi Kuno, roti menjadi makanan pokok. Kala itu, roti mulai dibuat dengan menggunakan tepung gandum yang dicampur dengan air. Sementara, roti dengan campuran ragi sebagai pengembang baru dibuat sekitar tahun 1000 Sebelum Masehi.
BACA JUGA:
Dari Peri Hingga Kastil Dalam Dongeng
Pada abad ke-17, pemerintah Inggris sempat membuat sertifikat atau tanda bukti bagi para pembuat roti. Sertifikat ini digunakan untuk menjamin dan menandakan keaslian roti mereka. Hal ini dilakukan karena pada masa itu ada orang-orang tidak bertanggung jawab yang membuat roti dengan campuran bahan-bahan berbahaya seperti kapur. Sementara, pada abad ke-19, Jerman dinobatkan sebagai negara penghasil roti terbaik dunia.
Selain menjadi santapan, roti juga kerap dianggap sebagai penanda status sosial. Pada abad pertengahan, masyarakat Eropa menganggap bahwa roti menjadi simbol kekayaan dan status sosial.
Sementara, di Indonesia saat masa Kerajaan Kutai Kartanegara, Roti Gembong dianggap sebagai salah satu makanan mewah di Kalimantan Timur. Roti yang berasal dari bahasa setempat dan memiliki arti gembung ini menjadi makanan yang hanya bisa dinikmati oleh kalangan bangsawan.
Roti Gembong biasa disajikan dalam enam potongan. Umumnya, para bangsawan Kutai Kartanegara akan menyantap roti ini saat sarapan, menyambut tamu kerajaan, hingga merayakan hari-hari penting.
Selain Roti Gembong di Kalimantan, Kerajaan Mataram Islam juga memiliki roti khas yang selalu dihidangkan di momen-momen penting. Dikenal dengan nama Roti Kembang Waru, roti ini merupakan penganan khas Kotagede, Yogyakarta. Selain hanya boleh dikonsumsi oleh kalangan bangsawan, roti ini juga memiliki filosofi Jawa yang mendalam.
Kelopak bunga yang selalu berjumlah delapan mencirikan jalan utama kehidupan yang digambarkan pada delapan elemen penting pembentuk kehidupan. Angka tersebut merujuk pada elemen kehidupan, yakni langit, angin, samudra, tanah, air, bulan, bintang, dan matahari.
BACA JUGA:
Di antara sekian banyak roti yang ada di Indonesia, salah satu yang paling terkenal adalah Roti Buaya yang biasa digunakan masyarakat Betawi saat mengadakan upacara pernikahan. Seperti namanya, roti ini memiliki bentuk persis seperti buaya.
Menurut masyarakat setempat, buaya dianggap sebagai simbol kesetiaan dan kehidupan. Selain itu, buaya juga menjadi simbol kesabaran, karena selalu bergerak tenang ketika mencari mangsanya. Untuk itu, calon mempelai pria akan membawakan Roti Buaya untuk sang kekasih yang akan dipinang.