Retno Marsudi: Aktifkan Kembali Mekanisme Bilateral

Menteri Luar Negeri

Menjadi perempuan pertama yang menjabat sebagai Menteri Luar Negeri (Menlu), kinerja Retno Marsudi memang patut diacungi jempol. Hal ini terbukti dengan berbagai pencapaian positif yang sukses diraih, hingga kembali terpilih menjabat sebagai Menlu. Sejumlah langkah strategis diambil demi kelangsungan kerja sama antara Indonesia dengan berbagai negara. Salah satunya dengan Menlu Aljazair Ahmad Attaf yang menyoroti menyoroti tiga hal penting.

 

Pertama, tentang kerja sama perdagangan, hal ini tidak lepas dari fakta bahwa Aljazair merupakan salah satu dari lima mitra dagang utama Indonesia di Afrika. Selanjutnya, kedua negara menandatangani MoU kerja sama energi dan pertambangan. Dan fokus terakhir adalah pada mekanisme bilateral. Menteri Luar Negeri dari kedua negara sepakat untuk mengaktifkan kembali mekanisme bilateral termasuk pertemuan Komisi Gabungan Tingkat Menteri dan konsultasi bilateral tingkat Pejabat Senior.

 

Selain memperkuat kerja sama antara Indonesia dengan Aljazair, perempuan asal Semarang, Jawa Tengah, ini juga begitu memperhatikan kerja sama dengan Tunisia. Dalam pertemuannya dengan Menlu Tunisia, yakni Nabil Ammar, Retno ingin mendorong percepatan Pengaturan Perdagangan Preferensial (PTA) serta mengonkretkan kerja sama industri pupuk.

 

 

Baca Juga:

Lisa Yulia: Dari Karyawan Menjadi Young Entrepreneur Sukses

Khofifah Indar Parawansa: Tingkatkan Sumber Daya dan Pendidikan Jawa Timur

 

 

Hal ini dilakukan mengingat volume perdagangan antara Indonesia dengan Tunisia yang terus bertumbuh setiap tahunnya dengan rata-rata 29,39% per tahun sejak 2018. Pada tahun 2022 lalu, volume perdagangan bilateral tercatat sebesar US$215,3 juta atau setara dengan Rp3,3 triliun. Angka tersebut menjadi yang tertinggi sejak 2018. Pada tahun yang sama, yakni 2022, Indonesia juga mencatat neraca positif sepanjang tahun 2018 hingga 2022, yaitu surplus sebesar US$ 123,9 juta atau sekitar Rp1,9 triliun.

 

Di sisi lain, menjabat sebagai Menteri Luar Negeri, Retno juga sangat fokus pada kondisi Palestina. Dia menjadi salah satu Menlu yang vokal menyuarakan posisi negara dalam membela Palestina. Pada salah satu Sidang Darurat Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Retno bahkan dengan tegas mengutuk apa yang dilakukan Israel terhadap masyarakat di Gaza.

 

Tidak hanya itu, dia juga kembali menegaskan hal tersebut saat menghadiri peringatan ke-75 tahun Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia di Markas Dewan HAM PBB di Jenewa, Swiss. Dari empat komitmen nasional Indonesia untuk pemajuan HAM yang disampaikan di pertemuan tersebut, salah satu yang disampaikan adalah penegasan komitmen Indonesia untuk memperkuat solidaritas politik dan dukungan kemanusiaan terhadap Palestina. Termasuk dengan meningkatkan kontribusi ke UNWRA sebesar tiga kali lipat.

 

Berbagai penghargaan bergengsi pun kerap diraihnya. Salah satunya adalah penghargaan El Sol del Peru atau The Sun of Peru dengan peringkat Grand Cross dari Pemerintah Peru. Penghargaan ini diberikan atas upayanya memajukan hubungan dan kerja sama bilateral antardua negara ini. Retno menjadi orang Indonesia pertama yang meraih penghargaan tertinggi dari Pemerintah Peru. Tidak hanya penghargaan, berbagai tanda kerhormatan juga diraih olehnya.

 

Sebut saja Medal of Malalai dari Afghanistan yang diberikan langsung oleh Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, sebagai penghargaan atas kerja keras yang terus-menerus dalam memajukan kerja sama bilateral dan membangun rasa percaya antara Indonesia dan Afghanistan hingga usaha membangun perdamaian di kawasan dan dunia.