Lulus dari jurusan Industrial Engineering Institut Teknologi Bandung, Dothy tidak berencana untuk terjun ke dunia maritim yang sangat maskulin. Namun ternyata nasib membawa mantan dosen ini menyelami profesi yang dulu didominasi kaum Adam tersebut. Pertama bergabung dengan BUMN PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) yang memiliki lini bisnis di bidang petikemas, multiterminal, marine dan logistik. Dothy kemudian sempat berpindah ke beberapa anak Perusahaan Pelindo Group, mulai dari terminal petikemas, hingga di kawasan pelabuhan.
Meskipun mayoritas pekerja adalah lelaki, perhatian terhadap pekerja perempuan tidak serta merta berkurang. Beberapa fasilitas disediakan untuk ibu pekerja, seperti nursery atau ruang pumping bagi perempuan yang masih memiliki balita. Dothy mengakui sebagai perempuan dia tidak mengalami perlakuan yang berbeda dengan rekan pria, selama memang bisa membuktikan kemampuan kesempatan karier terbuka lebar.
“Kesetaraan gender di industri maritim ini sudah lumayan. Sekarang banyak posisi top leader diduduki perempuan, seperti Ketua DPP Indonesia National Shipowners Carmelita Hartoto, di bidang legal advocacy ada Candra Motik, di shipping line ada Faty Khusumo,” papar Dothy bersemangat.
BACA JUGA:
Kartini Inspiratif 2024 | Eva Chairunnisa: Fleksibel dan Berempati dalam Memimpin
Kartini Inspiratif 2024 | Endang Suraningsih: Lawan Stereotip Melalui Prestasi
Mengagumi semangat Kartini, Dothy yang juga aktif sebagai ketua Mutiara Pelindo dan pengurus WIMA INA (Woman in Maritime Indonesia) ini giat mendorong berbagai program pemberdayaan untuk meningkatkan kapasitas anggotanya, agar dapat saling mendukung, membangun kapasitas, mampu beradaptasi, serta menjaga keseimbangan perannya.
Ibu dua anak ini mengatakan dengan peran ganda perempuan sebagai ibu di rumah dan sebagai pekerja di kantor, terdapat kecenderungan tekanan semakin tinggi baik secara personal maupun profesional. Untuk itu penting bagi para perempuan untuk memiliki self resilience yang baik, sehingga dapat mencari solusi kreatif, memutuskan dengan efektif dan bekerja dengan produktif.
Salah satu yang Dothy sarankan dalam memupuk resilience adalah untuk menciptakan ekosistem yang bisa mendukung kita. “Misal kalau kita kerja di kantor, di rumah kita tetap memiliki kewajiban. Nah, bagaimana caranya? Kita harus membangun support system. Apabila sewaktu-waktu ada kondisi yang mengharuskan kita fokus ke salah satu hal, ada supporting system yang membuatnya tetap berjalan,” jelasnya.
Tak kalah penting, kita juga harus selalu menjaga kesehatan, baik sehat mental maupun sehat emosional. “Bersyukur dan bersabar, Insya Allah, akan lancar menghadapi semuanya,” pesannya kepada generasi muda.
Perempuan yang tengah melanjutkan studi S3 ini menyadari kekuatan yang sama dalam wastra Nusantara, seperti batik. Selalu dinamis mengikuti perkembangan zaman, batik masa sekarang bisa dikenakan dalam berbagai kesempatan. Ketika mengambil program magister di Swedia, dia juga aktif mengampanyekan batik pada berbagai kesempatan, baik di dalam maupun di luar kampus. Dengan mengenakan batik secara tidak langsung bisa dibilang menjadi duta yang memperkenalkan local pride melalui wastra.
Lebih lanjut Dothy yang merupakan Chairperson Ikatan Alumni Swedia 2021-2023 mengutarakan, “Kartini melakukan langkah transformasi, agar perempuan bisa mengakses pendidikan. Dia meyakini bahwa pendidikan dapat meningkatkan harkat dan martabat rakyat. Perempuan juga dapat memiliki bekal untuk berkompetisi dalam bidang apa pun.” Ingin agar ilmunya bermanfaat khususnya bagi kaum perempuan, dia juga menyampaikan harapannya untuk kembali dalam lingkungan akademis.