Tidak memiliki latar belakang yang bersinggungan dengan dunia seni, perjalanan karier Sherry Winata tak disangka, kemudian berlabuh pada bidang seni lukis yang ternyata sangat dicintainya. Dia belajar secara autodidak lewat YouTube dan mengikuti berbagai kursus melukis, kemudian terhanyut keasyikan mendalaminya, sekaligus berujung menjadi perfectionist yang membuatnya bisa lupa waktu saat melukis.
“Sebelum menekuni seni lukis, saya sempat belajar meditasi dan shamanic practitioner tahun 2017. Saya percaya untuk memperkaya ilmu kita juga bisa belajar apa pun secara autodidak dan menjadi guru yang terbaik mengeluarkan potensi diri mengikuti intuisi masing-masing. Saya menekuni seni lukis pada 2019 dan kebetulan juga hobi menulis, sehingga pada 2021 hingga 2022 saya kemudian mengeluarkan berbagai buku,” ujar Sherry kepada Women’s Obsession.
Antara lain, seri buku lukisan ‘Art of the Universe’, adalah sebuah perjalanan visual melalui tujuh seri, setiap buku mewakili satu sisi dari cinta tanpa syarat yang sempurna yang seringkali dikaburkan dengan ‘topeng-topeng luar’. Tujuh seri tersebut berjudul: ‘Aku Melihatmu’, ‘Aku Mendengarmu’, ‘Aku Merasakanmu’, ‘Aku Mengenalmu’, ‘Aku Mengerti Dirimu’, ‘Aku Mencintaimu’, dan ‘Kita adalah Satu’. Buku-buku tersebut bisa diperoleh di Amazon dan Tokopedia.
BACA JUGA:
Kartini Inspiratif 2024 | Dr dr Alfiah Amiruddin, MD, MSurg: Sentuhan Presisi Membawa Harapan Baru
Dalam berkarya, lukisan-lukisannya bukan sekadar gambar statis, namun merupakan ekspresi hidup cinta tanpa syarat maupun proses transformasi perjalanan penemuan jati diri, pergulatan dan penyembuhan luka batin. Dia melanjutkan, “Melukis bagi saya ibarat bermeditasi. Ketika ada masalah atau tengah beremosi, saya melukis dan menuangkan energi negatif menjadi positif lewat berkarya, sekaligus mencari solusi dari persoalan kehidupan yang saya hadapi.”
Tak hanya bisa dinikmati di ajang dalam negeri, seperti Art Jakarta atau pameran di Yogyakarta dan Bandung, karyanya juga hadir di tempat-tempat bergengsi, seperti Las Laguna Art Gallery di California, Amerika Serikat. Keindahan artistik karyanya meluas ke panggung global, sebagaimana dibuktikan dengan masuknya lukisan ‘The Dance of The Colours And Form’ dalam pameran virtual SCORE (Southern California Open Regional Exhibitions) Height by Width by Depth.
Lukisan-lukisan Sherry berbicara dengan bahasa yang melampaui visual. Setiap goresan, warna, dan bentuknya adalah sebuah tarian abstrak menuju yang sakral. Dia pun merasa bahagia pada tahun 2020 berhasil mendapatkan penghargaan Highly Commended Award untuk Kategori Emerging Artist di UOB Painting of the Year Singapore ke-39 untuk karya berjudul ‘Perfection And Destroyer’.
Dia berpesan, “Kita tak perlu menjadi sempurna dulu, baru memberi manfaat terhadap sesama. Ibarat kupu-kupu yang sayapnya koyak, tetap saja bisa terbang. Jadi, jangan menunda atau menunggu, kapan pun kita bisa berkarya dan berguna bagi sekeliling kita.”
Sherry yang tak pernah berhenti memperkaya ilmu juga tertantang mempelajari spiritual journey dan akhirnya menjadi guru meditasi. “Pada tahun 2017 setiap tahun saya empat minggu berada di Bali, hingga tahun 2018 untuk mempelajari spiritual di sana. Berbagai kursus saya ikuti dan sempat juga saya mendalami sound healing di Paris maupun New York,” tambahnya.
Itulah sebabnya, selain buku berjudul ‘Art of the Universe’, Sherry yang juga mencintai dunia healing, menuangkan pengalamannya dalam tiga buku. Baginya terus berkarya dan mempelajari banyak hal akan terus dijalaninya, serta tak akan pernah lupa untuk berbagi ilmu terhadap sesama.