Elza Syarief: Bukan Advokat Biasa

Elza Syarief, Founder Elza Syarief Law Office

Prof. Dr. Elza Syarief, S.H.,M.H bukanlah sekadar advokat. Langkah perempuan kelahiran Jakarta, 24 Juli 1957 menjadi akademisi bisa jadi tertular dari keluarga. Maklum saja, Elza merupakan anak dari Syarief Syamsuddin, dosen jebolan Universitas Indonesia (UI). Elza Syarief dikukuhkan menjadi Guru Besar Universitas Internasional Batam (UIB) pada September 2023 lalu, mengangkat judul besar “Menjelajahi Hubungan Antara Hukum Dan Teknologi” melalui orasi ilmiah yang disampaikannya.

 

Fokus yang disorot yaitu fungsi teknologi dalam pelaksanaan hukum di Indonesia, yang dianggapnya penting untuk diterapkan. Hukum berinteraksi dengan teknologi, seharusnya bisa mempermudah masyarakat, misalnya melalui pemberlakuan sertifikat tanah elektronik (e-Sertifikat). Namun dalam pelaksanaannya bisa jadi menciptakan masalah baru, karena adanya problem etis dan kebingungan sehingga menghasilkan keputusan kebijakan buruk.

 

 

Baca Juga:

Sakurayuki: Setia Menekuni Dunia Corporate Lawyer

Ricka Kartika Barus Bangun Core Value dalam Layanan Hukum

 

 

Begitulah Elza yang kritis dan peduli pada dunia pendidikan hingga mendapatkan gelar guru besar ilmu hukum. Namun, Elza bukan sekadar praktisi atau akademisi hukum, melainkan juga merupakan pribadi menarik dengan banyak keahlian. Karakter ini membuat Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) menganugerahinya rekor “Pengacara dengan Profesi Lintas Bidang Terbanyak”. Penghargaan tersebut sekaligus mempertegas dirinya sebagai perempuan tangguh nan gesit. MURI melihat Elza sebagai pribadi dengan ragam profesi karena dikenal sebagai advokat, organisator, pebisnis, olahragawan, penulis, aktivis, hingga pengasuh acara televisi. Maka tidak berlebihan menganggap Elza Syarief sebagai pribadi multi-dimensi.

 

Supelnya pribadi Elza ditandai dari rekam jejaknya berkecimpung pada banyak organisasi sedari muda. Menjadi organisatoris profesi advokat hingga menjabat Wakil Ketua Umum Ikatan Keluarga Minang pernah dilakoni. Termasuk mendirikan Perkumpulan Perempuan Wirausaha Indonesia (Perwira) pada 2016. Kegesitan Elza boleh jadi terbentuk dari masa kecilnya yang terlatih cepat beradaptasi pada lingkungan baru.

 

 

 

 

Citra Elza sebagai organisatoris semakin tebal, terlihat saat dia bergelut di bidang politik, menjadi caleg bahkan ikut mendirikan Partai Hanura bersama eks Panglima TNI Jenderal (Purn) Wiranto. Elza juga banyak menangani perkara politik. Kelincahannya juga diketahui mendirikan kantor pengacara sendiri pada tahun 1991 yakni Elza Syarief & Partner. Sebelumnya, Elza pernah berkiprah di Kantor Pengacara Palmer Situmorang dan OC Kaligis, menangani kasus-kasus pelik.

 

Karier advokatnya semakin beragam karena tidak hanya menangani perkara hukum dan politik, dia juga lekat menjadi pengacara banyak pesohor. Sekalipun begitu, terlalu sempit mengualifikasikan Elza sebagai pengacara selebritis. Selayaknya advokat, Elza yang mengawali karier pengacara pada medio 1980, memiliki nurani yang peka. Belakangan, Elza tampil bicara menanggapi kasus pembunuhan Vina Cirebon yang kontroversial.

 

Sepak terjang perempuan pehobi masak hingga mengelola bisnis katering ini tidak hanya sebagai praktisi dan akademisi hukum. Elza Syarief pribadi dengan ragam dimensi. Dia juga kerap berbagi inspirasi untuk para pengacara muda, mencerminkan pendekatan komprehensifnya. “Sebagai seorang pengacara, janganlah menjadi penakut, tetapi juga tidak boleh pura-pura berani. Kita harus memiliki kesabaran. Kita harus siap menunggu sidang, tidak boleh merasa tergesa-gesa. Sebagai pengacara, kita harus memahami struktur hierarki di kepolisian, kejaksaan, dan di pengadilan. Selalu berkoordinasi dengan pihak penegak hukum, dan yang paling penting, pelajari serta pahami psikologi klien,” tegasnya.

 

(Erwin S | Foto: Dok Pribadi)