Anne Patricia Sutanto: Selalu Berpikir Maju dan Positif

Vice Chief Executive Officer PT Pan Brothers Tbk

Meskipun menghadapi persaingan ketat, pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang triwulan II-2019 menurut Badan Pusat Statistik (BPS) naik sebesar 3,62% (yoy) terhadap triwulan II-2018. Kenaikan tersebut terutama disebabkan peningkatan produksi industri pakaian jadi sebesar 25,79%. Salah satunya adalah eksportir garmen terbesar di Indonesia, PT Pan Brothers Tbk, yang tahun lalu melakukan terobosan untuk meningkatkan produksi.

Perusahaan pemasok merek-merek ternama dunia, di antaranya Uniqlo, Adidas, The North Face, dan Kathmandu ini mengalami kenaikan pendapatan pada semester I-2019. Pada semester II perseroan menargetkan pertumbuhan penjualan 15% dari peningkatan permintaan negara-negara tujuan ekspor untuk menghadapi musim gugur dan dingin. Di balik kinerja positif tersebut ada sesosok perempuan tangguh yang turut berperan di dalamnya.

Dialah Anne Patricia Sutanto, salah satu owner dan vice chief executive officer dari PT Pan Brothers Tbk. “Pertumbuhan penjualan kami tahun ini bakal ditopang peningkatan ekspor yang diprediksi antara 15-20%. Ekspor perseroan diperkirakan akan terus meningkat, bahkan pertumbuhannya pada 2020 diperkirakan dapat mencapai 30%,” ujarnya optimis.

SERIUS BERBISNIS

Kiprah Anne di industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) terbilang cukup lama. Berawal dari membantu bisnis keluarga, hingga akhirnya dipercaya menduduki posisi saat ini. Keberhasilan memimpin perusahaan membawanya berada di peringkat 22 dalam daftar The Most Powerful Women in Asia 2015 versi Forbes Asia. Lalu, pada 2016, dia masuk sebagai salah satu finalis The Channel News Asia Luminary Award dan terpilih sebagai Indonesia Best Future Business Leader dari majalah SWA.

Menekuni bisnis sebenarnya bukanlah cita-cita awalnya, tetapi tak disangka kini malah dijalaninya dengan sangat serius. Dia terpaksa mengambil alih bisnis keluarga, ketika sang ayah terkena serangan stroke.

Pada awal karier, dia sempat menjabat posisi di departemen pengembangan bisnis Kayu Lapis Group pada 1995 dan asisten direktur keuangan Grup Keris dari tahun 1997. Anne berkata, “Ketika memutuskan untuk bergabung dengan Pan Brothers pada 1997, perusahaan ini sedang dalam kondisi menurun. Belum lagi krisis moneter yang tengah menyerang negara-negara di Asia. Bersama tim, saya berjuang mencari rekanan, tidak hanya dari dalam negeri, tetapi juga luar negeri. Rintangan pertama adalah menyamakan visi sesama anggota tim dalam merancang strategi. Saya dan dewan direksi memberikan kebebasan kepada setiap tim dalam melaksanakan kegiatan operasional selama masih sesuai dengan strategi maupun policy perusahaan. Kalau target tidak terwujud, berarti setiap tim harus berusaha lagi, agar tercapai suatu solusi dan target.”

Penjualan PT Pan Brothers Tbk saat itu baru mencapai US$12 juta per tahun, namun terbukti lewat tangan dinginnya, sekarang sudah di atas US$600 juta. Dengan komposisi 97% produknya diekspor ke berbagai negara di Asia, Uni Eropa, Amerika Serikat, Jepang, Australia, New Zealand hingga Kanada. 

Dimulai dari pabrik kecil di Jalan Siliwangi, Tangerang, kini PT Pan Brothers Tbk telah memiliki sekitar 38.000 tenaga kerja, tersebar di 25 pabrik di seluruh Indonesia. “Kami terus merealisasikan dan merencanakan pengembangan, baik di dalam maupun di luar negeri. Bagi kami, rencana jangka pendek, menengah, dan panjang, semua untuk mewujudkan Clothing the World with Indonesia Heart,” paparnya mengenai ekspansi bisnis perusahaan.

Dalam implementasi rencana dan strategi perusahaan harus adaptif sesuai dengan situasi pasar global maupun dalam negeri, sehingga momentumnya bisa lebih tepat, lalu realisasinya akan lebih jitu. Dengan demikian, risiko akan berkurang dan dapat diatasi dengan baik. Perusahaannya juga terus mempersiapkan SDM dan infrastruktur secara berkesinambungan, sehingga nilai tambah termasuk product competitiveness akan selalu eksis.

INOVASI TIADA HENTI

Saingan utama industri TPT Indonesia sebenarnya bukan suatu negara tertentu, melainkan komitmen yang gigih, sekaligus konsisten untuk mengembangkan industri garmen dan tekstil di Tanah Air. Diperlukan seluruh pihak (pemerintah, pengusaha, dan pekerja), agar bisa bekerja sama membangun industri TPT yang berkualitas, sekaligus kompetitif. Namun, tidak ada salahnya belajar dari negara lain yang memiliki pemasok garmen dengan market share lebih besar dari Indonesia, seperti Cina, Vietnam, dan Bangladesh. (Nur A)

 

Untuk membaca artikel selengkapnya, dapatkan di majalah cetak dan digital Women's Obsession edisi September 2019