Festival Penuh Warna Di Filipina

Filipina yang menjadi salah satu negara sarat budaya di dunia, ternyata juga mempunyai sederet festival yang cukup unik. Salah satunya adalah Festival Masskara. Acara tahunan ini pertama kali digelar selama perayaan City’s Charter Day pada 19 Oktober 1980. Menjadi perhelatan pertama, kala itu acara diharapkan mampu membangkitkan kembali semangat masyarakat yang tengah dirundung banyak kesulitan. Mulai dari penurunan harga gula yang berakibat pada perekonomian masyarakat, hingga tragedi kapal tanker.

 

Dipimpin panitia penyelenggara yang dibentuk oleh Balai Kota, masyarakat setempat mulai mendeklarasi bahwa mereka tidak peduli seberapa sulit dan buruknya masa itu. Mereka yakin, kota tersebut akan bertahan dan akhirnya keluar dari kesulitan. Dari tekad tersebut, festival ini telah berkembang menjadi salah satu wisata utama di Filipina selama empat dekade berikutnya.

 

Melibatkan begitu banyak masyarakat, karnaval dan pesta topeng menjadi atraksi yang paling meriah. Bermula dari topeng-topeng sederhana yang dicat, hingga kini berkembang menjadi topeng dengan bulu-bulu, manik-manik, bahkan bunga segar. Pemilihan warna-warna yang cerah dan penggunaan bunga segar dianggap sebagai bagian dari semangat masyarakat menghadapi hari.

 

Baca juga:

Festival Tari di Prefektur Kochi

Nikmati Lebaran di Maladewa

 

Selain pesta topeng, festival ini juga menampilkan kompetisi tari. Wadah bagi semua lapisan masyarakat turun ke jalan untuk melihat penari bertopeng yang berputar mengikuti irama ketukan musik Latin. Ada pula parade lain yang tak kalah seru. Dikenal dengan sebutan Electric MassKara, parade musik dan kendaraan hias ini juga menjadi salah satu bagian paling ditunggu.

 

Selama beberapa malam menjelang akhir puncak perayaan, masyarakat yang terlibat dalam tari MassKara akan mengenakan neon warna-warni. Sementara, peserta kendaraan hias akan memasang lampu LED di atas kendaraan hias mereka. Pertunjukan ini menjadi bentangan hiburan sepanjang satu kilometer yang dihiasi dengan panggung pertunjukan musik, stan suvenir, hingga pajangan mobil-mobil antik.

 

Berbagai makanan khas juga dijajakan di restoran dan hotel di sepanjang jalan utama. Salah satu catatan unik terkait festival ini adalah konsumsi bir yang sangat tinggi selama festival. Hingga pada suatu waktu di pementasan pertama festival, pabrik bir Mandaue di San Miguel Corporation di dekat pulau Cebu mengering akibat habisnya stok kala itu.