Jakarta yang seringkali diasosiasikan sebagai kota yang kejam, ternyata bisa menjadi tempat yang ramah, humanis, memberikan perasaan kebersamaan, tenang, saling menghormati, dan penuh dengan aksi hidup baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya sosok ibu luar biasa yang mampu mengerjakan segala hal dengan baik, bukan hanya dalam lingkungan keluarga, tapi juga bagi lingkungan sosialnya. Sosok ibu yang memberikan dampak ini kemudian diapresiasi dalam ajang Ibu Ibukota Award yang diinisiasi oleh Ibu Fery Farhati, sang penggagas Ibu Ibukota Awards dan mantan istri Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Ibu Ibukota Award merupakan wadah apresiasi yang mengangkat cerita perempuan penggerak #AksiHidupBaik yang ada di Jakarta dan telah diadakan sejak tahun 2019. Sejak itu, pemberian apresiasi bagi para sosok Ibu Ibukota terus dilakukan setiap tahunnya. Untuk tahun ini, apresiasi Ibu Ibukota Award diadakan di Teater Besar Taman Ismail Marzuki untuk 62 sosok ibu hebat yang berdampak bagi lingkungan sekitarnya.
BACA JUGA:
Melani Leimena Suharli: Perluas Literasi Keuangan
Polana B Pramesti: Bergerak Lincah Menjawab Tantangan
Mengusung tema #BertemuKembali, tahun ini ajang Ibu Ibukota Award memberikan apresiasi kepada mereka yang telah konsisten menggaungkan #AksiHidupBaik sejak 2019. Adapun para sosok ibu-ibu ini telah memberikan dampak dalam bidang kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, hingga pemberdayaan.
“Kami menjadikan momen ini untuk bertemu kembali. Tujuannya adalah untuk menggali lebih jauh lagi cerita #AksiHidupBaik dari para sosok, mengembangkan potensi, dan memaksimalkan kolaborasi dari 62 sosok yang telah menjadi keluarga besar Ibu Ibukota Award sejak 2019 hingga 2021. Jadi, tahun ini kami lebih membekali seluruh sosok yang ada menjadi aktor utama dengan tujuan gerakan aksi hidup baik mereka akan terus berlanjut dan semakin luas jangkauannya menginspirasi masyarakat Jakarta.
Untuk lebih peduli terhadap lingkungan sekitarnya, melahirkan sosok ibu-ibu kota baru lagi, dan diharapkan tetap diteruskan oleh Pemprov DKI Jakarta,” tutur Fery. Selain itu, menurutnya kegiatan ini juga bisa ditularkan ke kota-kota lain yang memiliki wewenang seperti pemerintah daerah yang memiliki ketua PKK dan ketua Dharma Wanita.
Melihat situasi ekonomi yang tidak menentu sekarang ini para ibu yang berperan juga sebagai manager keuangan keluarga merasakan ada kekhawatiran akan kehidupan di masa depan. Namun, ini tentunya harus dihadapi bukan dengan kebingungan, tapi dibutuhkan perencanaan agar kita bisa siap dengan hal-hal yang mungkin terjadi di masa mendatang.
Fery bercerita, “Menurut saya manusia itu diciptakan sebagai makhluk yang paling adaptif terhadap berbagai situasi yang ada di bumi ini. Dengan melakukan persiapan adaptasi akan menjadi lebih dimudahkan dan hindari menunggu hal buruk terjadi baru kita bereaksi. Mengambil pengalaman dari situasi pandemi Covid-19 lalu, kita semua saat itu merasa khawatir dan sangat takut kehilangan orang-orang yang kita sayangi, lalu stres karena tidak bisa keluar rumah, bekerja atau bersosialisasi. Tapi, karena kita memiliki kemampuan beradaptasi akhirnya lama-kelamaan kita jadi terbiasa dan bisa melewati masa pandemi dengan baik.”
Berbicara mengenai kesehatan mental anak-anak di zaman sekarang ini salah satu sumber depresinya adalah interaksi di media sosial. Di sinilah peran keluarga sangat diperlukan menjadi ruang atau tempat yang aman dan nyaman bagi anak-anak untuk bercerita, berkeluh-kesah mengeluarkan emosi, mencari solusi dari setiap permasalahan anak-anak. “Beberapa waktu lalu saya mendirikan rumah pencerah, kami merancang dan berdiskusi kira-kira nilai-nilai apa saja yang dibutuhkan supaya kita menjadi tempat yang nyaman untuk anak-anak.
BACA JUGA:
dr. Widya Rahayu Arini Putri: Bangun Percaya Diri Perempuan Indonesia
Thilagavathy Nadason: Berani Menerima Tantangan Baru
Jadi, ketika mereka menghadapi masalah larinya kepada keluarga bukan orang lain dan ada lima unsur penting yang harus diperhatikan. Pertama adalah rasa cinta, kemudian semangat belajar, memiliki nilai-nilai religius, visioner, dan kehadiran orang tua,” lanjutnya. Kebanyakan waktu orang tua yang terbatas waktunya bersama anak-anak kurang bisa memanfaatkan quality time dengan baik, tapi lebih diisi hal-hal yang tidak menumbuhkan kenyamanan atau omelan-omelan. Itulah sebabnya, kita harus menebarkan cinta kasih dalam keluarga. Anak-anak yang tumbuh dengan penuh cinta akan memiliki kepedulian yang tinggi terhadap lingkungannya.
“Lalu, orang tua juga harus ikut berkembang tidak gaptek dan memahami dunia sosial media, sehingga saat anak ada masalah jadi bisa memahami dan dimudahkan dalam mencari solusi bersama-sama. Dari sisi religius nilai-nilai agama dalam keseharian, melakukan kebaikan, merasakan kebesaran Tuhan yang penyayang, dan rajin berdoa harus dipraktekkan serta dijalankan dengan baik oleh seluruh anggota keluarga.
Orang tua mesti visioner apa pun yang dikerjakan selalu dipikirkan dampaknya terhadap anak-anak dan hadir secara fisik maupun mental, sehingga saat ada masalah mereka larinya ke keluarga. Sehingga secara mental mereka bisa dikuatkan dan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan,” tambah Fery menutup pembicaraan dengan Women’s Obsession.