Di Ambang Kematian: Kisah Nyata Anak Korban Pesugihan

Film horor berjudul 'Di Ambang Kematian' tengah ramai dibicarakan masyarakat. Terutama para pencinta kisah seram. Diadaptasi dari sebuah thread di Twitter (sekarang X) berjudul sama yang pertama kali dipublikasi pada 15 April 2022 oleh akun @Jeropoint.

 

Amrit Punjabi selaku Co Produser dari film cDi Ambang Kematianc, menjelaskan “Karena mendapatkan apresiasi yang tinggi dari pembaca di Twitter membuat kami (MVP Pictures) tertarik untuk menjadikan ini sebuah film.”

 

 

 

Baca Juga:

Festival Film Internasional Deretan Film Tanah Air Di Busan

Bertema ‘Buhul’ Madani IFF 2023 Dibuka 7 Oktober Mendatang

 

 

Sejak beredar di media sosial, kisah ini telah dibaca lebih dari 10 juta kali. Diangkat dari kisah nyata, Di Ambang Kematian mengisahkan kehidupan Nadia (Taskya Namya) yang nyaris sempurna. Terlebih lagi dengan hubungan harmonis yang terjalin antara bapak, ibu, dan kakak laki-lakinya.

 

Memiliki bisnis yang terbilang sukses, Nadia pun hidup bergelimang harta. Sayangnya, Nadia akhirnya mengetahui bahwa kesuksesan bisnis sang ayah tidaklah murni dari hasil jerih payahnya sendiri. Melainkan berkat pesugihan yang dilakukan.

 

Dari hasil tumbal pesugihan tersebut pada tahun 2002, ibunya meninggal secara mengenaskan setelah mencelupkan kepalanya sendiri ke air mendidih. Sepuluh tahun berikutnya, Yoga kakak kandung Nadia ikut menjadi tumbal.

 

Seiring bergulirnya waktu, Nadia mendapatkan teror mengerikan dari sosok manusia berbulu dengan kepala kambing. Hampir mendekati sepuluh tahun setelah sepeninggal kakaknya, dia takut akan menjadi tumbal selanjutnya.

 

“Keseruan selama proses shooting, alhamdulillah, team dan pemain juga sangat kompak memiliki energi yang sangat luar biasa sekali, sehingga bisa menciptakan dan mengeksekusi konsep dan treatment apa yang saya tafsirkan dalam skenario dan juga cerita Di Ambang Kematian ini, bisa tertuang ke dalam sebuah penciptaan gambar,” ujar Azhar Lubis sebagai sutradara.

 

Dia melanjutkan, “Menjadi tantangan buat saya secara pribadi, karena cerita ini sendiri diangkat dari Twitter yang viral, kemudian novel, biasanya para pembaca mempunyai teater pikiran sendiri, menjadi tanggung jawab saya, agar bisa mencapai hasil yang sesuai dengan ekspektasi para pembaca.”