Lucky Chan: Berkarya Bukan Bekerja

Father of SESA

 

 

Berprinsip bahwa hidup sehat adalah hidup berkualitas dimulai dari apa yang dikonsumsi, Lucky Chan mendirikan SESA Organic Market yang baru diresmikan di area SCBD Lot 8, Jakarta, beberapa waktu lalu. Kesadarannya hidup sehat sendiri datang, ketika sang ayah mertua terkena kanker. Ingin mendapatkan informasi lebih jelas, dia melakukan riset dan mendapati bahwa gaya hiduplah yang kerap menimbulkan penyakit.

 

Karena manusia modern sering memakai barang-barang heavy toxin. Perempuan misalnya dalam sehari bisa berhubungan dengan lebih dari 200 bahan kimia, seperti dari skincare. “Saya kemudian beralih ke produk organik. Ketika saya ganti, hidup saya step-by-step berubah drastis. Dari berat badan, pemikiran, hingga kesehatan. Sampai suatu hari saya merasakan perubahan yang sangat signifikan, saat hormon saya start balance. Dulu hormon saya berantakan, tidur susah, gelisah berlebihan, energinya rendah. Tetapi semenjak saya mengonsumsi produk organik, energi terasa tinggi, dan saya jadi tidak pernah menyesal setelah makan,” kisahnya kepada Women’s Obsession.

 

Melihat masyarakat Indonesia yang jumlahnya jutaan, dia pun melihat peluang untuk memulai bisnis menyediakan produk organik ini. Mengawali dari berjualan secara online, SESA berkembang cukup pesat, terutama saat pandemi ketika semua orang sangat mementingkan kesehatan. Tidak hanya produk organik, SESA juga menyediakan jasa katering untuk memenuhi keinginan pelanggan.

 

BACA JUGA:

Sudianto Oei: Inisiasi Lokal, Dampak Global

Silvano Christian: Responsif Menjawab Tantangan

 

Mengubah Paradigma

Selain produk yang relatif terbatas di dalam negeri, sehingga harus mengimpor dari luar, tantangan terbesar yang dihadapi Lucky adalah paradigma masyarakat yang menganggap bahwa produk organik itu mahal. Padahal menurut Lucky manfaatnya jauh lebih besar. Dia mengungkapkan setelah berganti ke produk organik, dirinya lebih jarang sakit, tidak emosional, tidur pun nyenyak. “Bagi saya organik itu bukan masalah mahal atau murah, tapi organik itu awal dari kehidupan indah. Organik itu berarti kita sebagai manusia seharusnya hidup sealami mungkin,” tuturnya saat ditemui di SESA Market.

 

Pemahaman bahwa produk organik hanya sebatas sayuran juga harus mulai diperbaiki. Pada kenyataannya, produk organik mencakup berbagai jenis barang dan bahan yang diproduksi menggunakan metode pertanian atau pemrosesan yang ramah lingkungan serta tidak melibatkan bahan kimia sintetis maupun zat tambahan buatan. Mulai dari makanan dan minuman organik, produk kesehatan dan kebugaran, pembersih rumah tangga, hingga tekstil. Itulah yang Lucky ingin hadirkan melalui SESA.

 

 

Merupakan akronim dari Sehat Secara Alami, logo SESA sendiri adalah simbol dari tahapan perkembangan kualitas hidup. Dari warna merah yang menandakan hidup yang kronik, lalu warna kuning yang berarti sudah mulai mengurangi konsumsi bahan berbahaya bagi tubuh. Dilanjutkan warna hijau yang menandakan hidupnya sudah sehat dan terakhir biru berarti hidupnya benar-benar sudah indah. “Warna-warna ini cerminan empat level kehidupan yang saya pernah alami. Setelah transformasi sebisa mungkin menuju ke arah biru. Ibarat motor, kalau diberi bahan bakar yang bersih, tentu hasilnya akan berbeda pula,” jelasnya.

 

Untuk mengedukasi masyarakat, Lucky bahkan menghadirkan nutrisionis di SESA Market, agar pengunjung dapat berkonsultasi secara gratis, terutama bagi orang yang masih banyak pertanyaan seputar produk organik. Dia menjelaskan, “Sebelum makan, kita harus mengerti apa yang akan kita masukkan ke mulut. Karena sebenarnya yang kita butuhkan adalah nutrisi, bukan butuh makan. Nutrisi didapat dari mana? Dari makanan. Tetapi kalau cuma asal makan, ya, berbahaya nantinya.”

 

Prospek Pasar Organik

Berbeda dengan produk kebanyakan, produk organik biasanya punya cerita di baliknya dan cenderung tidak money oriented. Lalu ada pula value sosial dan lingkungannya, karena produk organik pertama dibuat dengan penuh perhatian. Dibuat sealami mungkin, walaupun tidak bisa 100%, tapi kalau dibandingkan konvensional lumayan jauh sekali, karena intensinya berbeda dari awal. “Ketika kita makan nutrisinya tentu lebih banyak, racunnya lebih sedikit. Lalu, ada manfaat untuk alam, karena pihak-pihak yang memproduksinya menerapkan fair trade, memiliki sertifikat Bcorp. Jadi perusahaan yang memang bertanggung jawab secara sosial maupun lingkungan,” ucap Lucky.

 

BACA JUGA:

M Imron Rosyadi Nur: Bekerja Extramile dengan Prinsip Kehati-hatian

Darmawan Prasodjo: Raih Sukses dengan Transformasi

 

Ditanya mengenai pasar organik ke depannya, dia mengatakan prospek cukup besar. Tahun depan SESA sudah siap menggaet investor, sehingga bisa ekspansi dan hadir di berbagai kota besar di Indonesia. Menurutnya, di kota besar penduduknya lebih terbuka pemikirannya dan lebih bisa menyerap sesuatu secara cepat. Setelah menjamin ketersediaan produk, target berikutnya adalah ekspansi ke mal dan supermarket. Dari toko seluas 200 meter, dia berharap dapat makin merentangkan sayap lebih jauh lagi.

 

Saat ini SESA juga sudah menggandeng beberapa home industry, yang umumnya dihasilkan para ibu dalam skala kecil. Lucky mengutarakan, “Banyak ibu memproduksi barang dengan story yang bagus. Mereka biasanya membuat produk untuk keluarga, untuk anak, karena tidak mau sembarangan atau tidak cocok dengan produk yang ada di pasaran,” ujarnya penuh semangat tentang kerja sama dengan UMKM lokal. Produknya juga cukup beragam, ada bone broth, kombucha, makanan kecil, hingga makanan bayi. Nur A | Foto: Sutanto

 

Baca selengkapnya di e-magazine Women's Obsession edisi khusus Women of the Year 2023