Atelier Riri dan Semen Merah Putih Galakkan Konsep Green Building

Semen Merah Putih bersama Atelier Riri menggelar ‘Specifier Roadshow’ sebagai respon atas terjadinya perubahan iklim global yang terjadi belakangan ini. Di acara ini, para pengembang, kontraktor, dan perwakilan dari GBCI Green Building Council Indonesia memaparkan konsep arsitektur hijau. Tidak hanya itu, ada pula sederet inovasi material yang dapat mendukung terciptanya bangunan sehat dan berkelanjutan.

 

Fenomena seperti gelombang panas, kekeringan, gagal panen, banjir, dan kebakaran hutan telah menjadi ancaman bagi dunia termasuk Indonesia. Tidak bisa dipungkiri, terjadinya perubahan iklim ekstrim telah mengubah kehidupan sehari-hari. Untuk itu, kalangan produsen bahan dan arsitek harus mengakomodasinya dalam konstruksi dan bangunan perumahan terkini.

 

 

Baca Juga:

Penerapan Teknologi Motionblinds Coulisse 4 Desainer Interior dalam TCOI 2024

Spa Eksklusif Vivianne Faye, Relaksasi Menjaga Keharmonisan Tubuh

 

 

Dalam diskusi bertajuk “Healthy Living with Green Architecture”, Ichfan Kurniawan selaku Riset & Manager, Green Building Council Indonesia (GBCI), menjelaskan konsep green building atau bangunan hijau. Konsep ini berperan sentral dalam mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan meningkatkan kualitas hidup penghuni bangunan.

 

“Bangunan hijau berkontribusi besar dalam mengurangi emisi karbon melalui penerapan desain ramah lingkungan dan material konstruksi yang berkelanjutan. GBCI juga menekankan bahwa green building harus dilihat sebagai sistem yang terintegrasi. Setiap elemen mulai dari desain arsitektur, pemilihan material hingga pengelolaan bangunan, saling mendukung untuk mencapai keberlanjutan jangka panjang,” tutur Ichfan, Rabu (18/9/2024).

 

Di tengah kondisi alam yang semakin fluktuatif, sektor konstruksi dan industri lainnya menyumbang upaya keberlanjutan dalam berbagai business model. Misalnya sektor konstruksi yag ikut menyumbang kebutuhan bahan baku energi sebesar 34%, kebutuhan air (12%), berkontribusi menghasilkan sampah atau limbah hingga 25%, dan menghasilkan emisi karbon sebesar 37% dalam proses produksinya.

 

 

 

 

Dalam kesempatan yang sama, Novriansyah Yakub, arsitek sekaligus pendiri Atelier Riri menjelaskan bahwa konsep bangunan hijau telah diterapkan lewat dua pilar sustainability dalam arsitektur hijau. Pertama, arsitektur hijau mengupayakan fungsi pasif bangunan yang dihasilkan dari desain dan struktur bangunan. Pilar kedua yakni, arsitektur hijau mengusahakan fungsi bangunan yang aktif untuk meningkatkan kualitas pengelolaan berbagai aspek bangunan.

 

Selain itu, Atelier Riri juga menawarkan solusi melalui fungsi aktif bangunan yang menggunakan teknologi dan sistem modern untuk mengontrol lingkungan dalam bangunan. Baik untuk pencahayaan, pemanas, pendingin, maupun ventilasi. Desain ini umumnya mengintegrasikan perangkat yang secara aktif memantau dan mengatur penggunaan energi untuk mencapai efisiensi yang lebih tinggi.

 

“Fungsi pasif maupun aktif dari bangunan, keduanya didasari pada tiga aspek. Pertama, aspek sosial yang mencakup kecocokan selera dan kepuasan pengguna atau penghuni bangunan. Aspek kedua adalah budget yang mewakili optimalisasi biaya mulai dari saat pembangunan, penggunaan hingga perawatannya. Terakhir, aspek environment atau lingkungan. Aspek ini mengacu kepada menjaga dan memelihara keseimbangan lingkungan, khususnya pada iklim tropis seperti di Indonesia,” tutup Riri.