Menggeluti bidang ekonomi syariah sejak dua puluh tahun silam, agaknya hal ini memang menjadi minat terdalam dari Dian Masyita. Mengabdikan diri sebagai dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran sejak 18 tahun silam, dia dinobatkan sebagai Guru Besar Ilmu Manajemen Keuangan dan Perbankan Syariah tahun 2019. Menjabat sebagai dosen dan diamanahi untuk memegang beberapa jabatan struktural di universitas tidak lantas membuatnya terlena. Dia tetap mendedikasikan diri terhadap dunia ilmu pengetahuan.
Hal tersebut dibuktikan dengan riset riset dan pengabdian masyarakat yang tetap dilakukan olehnya ditengah segala kesibukannya selama ini. Selain menjabat sebagai guru besar, Dian juga disibukkan dengan jabatannya sebagai Direktur Pusat Kajian Rumah Zakat. Mengemban amanah tersebut, dia menggabungkan antara ilmunya di bidang keuangan sosial Islam dan dunia praktisi yang relevan. Dua lini yang jelas dikuasai oleh perempuan yang satu ini.
Menjadi direksi di sebuah lembaga yang memiliki visi ‘The World Digital Philanthropy’, tahun ini Dian tengah melakukan upaya untuk terus berinovasi dalam skala global. Namun, tetap mengawal kegiatan dan produk yang dihasilkan lembaganya agar sesuai maqashid al shariah.
“Dengan amanah baru sebagai professor ini, Saya menjadi lebih fokus untuk mengembangkan ilmu keuangan dan perbankan syariah dengan menjalin kolaborasi riset dengan berbagai kampus dalam dan luar negeri, begitu pula dengan pengambil kebijakan seperti Bank Indonesia, OJK, Kementrian dan beberapa NGO,” ujarnya dengan ramah.
Baca Juga:
Menjabat sebagai tenaga pengajar, dosen yang satu ini dikenal sebagai salah satu yang cukup kreatif. Tidak ingin ketinggalan dengan majunya teknologi, dia pun saat ini tengah memiliki mimpi untuk melakukan riset dengan pendekatan social engineering di bidang ekonomi dan keuangan Islam. Hal yang membedakan adalah riset tersebut dilakukan dengan menggunakan media sosial seperti Youtube, Instagram, Facebook, dan Twitter bersama dengan para mahasiswa S1 hingga S3. Tidak sekadar mimpi belaka, hal inilah yang akan dijadikan fokusnya di beberapa tahun mendatang.
“Memberanikan mahasiswa untuk mengeluarkan ide sekreatif mungkin dan mempersiapkan mereka mampu memiliki kepercayaan diri di masa depan dengan memberikan skill-skill yang dibutuhkan di era 4.0 menjadi fokus saya tahun ini dan beberapa tahun mendatang,” tutur ibu dua putri ini.
Tidak hanya dinobatkan menjadi guru besar, Dian juga telah menorehkan namanya di jajaran perempuan paling berpengaruh di dunia. Salah satunya adalah saat dia diganjar penghargaan The Top 10 Most Influential Women in Islamic Business & Finance 2019 yang diselenggarakan di Dubai. Penghargaan bergengsi tersebut diberikan oleh lembaga analisis keuangan asal Inggris, Cambridge IFA.
Nama Dian Masyita bersanding dengan para akademisi, praktisi keuangan syariah, penasihat, dan pelaku jasa syariah dari seluruh dunia. Tidak tanggung-tanggung, penghargaan ini merupakan yang kedua kali bagi dirinya. Penghargaan ini diberikan berdasarkan kontribusi keilmuan dan riset yang selalu dilakukan olehnya disela kesibukan selama ini.
Masih di tahun yang sama, dia juga dianugrahi penghargaan The Best Syariah 2019 versi Majalah Investor - Indonesia. “Semua dimulai ketika saya pertama kali bertemu Prof. M.A. Manan yang dibawa Bapak Adiwarman Karim, ke kelas di ITB tahun 1999. Saat beliau membicarakan tentang cash waqaf saya merasa terdapat kesamaan dengan konsep endowment fund. Saya pun langsung tertarik membuat tesis berjudul ‘Rancangan Awal Sertifikat Wakaf Tunai dengan Menggunakan System Dynamics,” kenangnya.
Ketika disinggung apa yang menjadi targetnya di tahun 2020, dia menjelaskan, “Saya ingin lebih menghabiskan waktu saya untuk mengembangkan riset dibidang Islamic finance dan perbankan serta social finance dengan berbagai partner dalam dan luar negeri. Menerbitkan buku dan publikasi dengan pendekatan cara berpikir sistem (system thinking) dan filosofi keuangan menjadi obsesi tahun 2020. Semoga rencana tersebut dapat terwujud dengan tidak meninggalkan kewajiban utama lainnya sebagai istri, ibu, dan dosen dalam waktu yang bersamaan. Keseimbangan hidup antara keluarga dan karir harus terjaga.”