Pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat di tengah perlambatan ekonomi global. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I 2023 tercatat sebesar 5,03% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 5,01% (yoy). Ke depannya, pertumbuhan ekonomi 2023 diprediksi tetap kuat pada batas atas kisaran 4,5-5,3%, didorong perbaikan permintaan domestik dan tetap positifnya kinerja ekspor.
“Apalagi daya beli masyarakat Indonesia tercatat membaik. Kita bisa melihat data angka konsumsi rumah tangga Indonesia yang naik 4,93% pada 2022 dan tren penurunan inflasi maupun mobilitas masyarakat pun kian membaik. Menariknya, kenaikan pertumbuhan tertinggi di tahun 2022 dialami pilar bisnis properti yang di antaranya berhubungan dengan pengelolaan portfolio bisnis hotel di sejumlah kota. Growth pilar bisnis ini tumbuh signifikan sebesar 45%, seiring pencabutan status pandemi dan kebijakan PPKM yang dilakukan bertahap oleh pemerintah,” ungkap CEO Sintesa Group Shinta Widjaja Kamdani.
BACA JUGA:
Jadikan Kepedulian dan Konsistensi Sebagai Kunci Keberhasilan
Wakili Aspirasi dan Terus Dorong Pertumbuhan Ekonomi
Pebisnis tangguh yang akhir Juli 2023 lalu dikukuhkan sebagai Ketua Apindo periode 2023-2028 ini pun bersyukur secara keseluruhan pilar bisnis Sintesa Group mengalami pertumbuhan yang relatif stabil dan membaik pada tahun 2022. Consumer Product menjadi penyumbang pendapatan tertinggi. Shinta optimis, pascapandemi pertumbuhan pilar bisnis ini akan semakin melaju. Didorong prospek sektor consumer goods pada tahun 2023 diprediksi akan semakin positif, berkat mulai meningkatnya aktivitas dan konsumsi masyarakat berangsur-angsur membaik sejak pencabutan status pandemi.
Dia memaparkan, “Kami melakukan ekspansi usaha dengan penyesuaian strategi sejak pandemi. Itulah sebabnya, Sintesa Group memetakan peluang penetrasi pasar terbaik untuk diversifikasi portofolio bisnis mengacu pada future market trends yang menyediakan solusi bagi tantangan global. Dengan cara memaksimalkan utilisasi existing assets and resources, memetakan sektor industri yang prospektif, dan memanfaatkan teknologi. Termasuk melakukan kerja sama bisnis dan kolaborasi dengan partner lokal maupun global yang memiliki reputasi maupun rekam jejak usaha yang baik, sebagai bentuk risk management dan added value untuk perusahaan.”
Saat terjadi pandemi Covid-19, perusahaan bahkan mengembangkan portfolio bisnis lewat Timex Sintesa melalui kemitraan dengan Timex dari Uni Emirat Arab, lewat layanan e-courier. Ekspansi usaha pun tentunya dilakukan dan saat ini Sintesa Group tengah menjajaki strategic partnership dengan sejumlah calon partner.
“Sebagai strategic investment company, fokus pengembangan bisnis kami tentunya sejalan dengan visi Sustainable Excellence yang menjadi landasan Road Map SDGs Sintesa untuk Bumi. Sehingga, bisnis kami tidak semata-mata tentang operational impact, tetapi juga impact investing. Itulah sebabnya, pengembangan bisnis Sintesa Group dilakukan dengan memastikan investasinya adalah yang berdampak dan berkelanjutan,” lanjut istri dari pengusaha Irwan Kamdani ini dengan nada bersemangat.
BACA JUGA:
Wujudkan Perusahaan Energi Berkelas Dunia
Siapkan Generasi Digital untuk Bersaing di Kancah Global
Memperingati HUT ke-78 Republik Indonesia pada bulan Agustus ini Shinta menyatakan bahwa kemerdekaan bukanlah semata-mata upacara bendera dan seremonial belaka. “Kita sebagai pengusaha, merdeka bisa bermakna keleluasaan dan kemerdekaan finansial lewat usaha yang kita jalankan. Khususnya para pelaku usaha perempuan, kita harus memiliki pengetahuan, kapasitas, sumber daya, maupun peluang untuk dapat mencapai dan menikmati pemberdayaan ekonomi secara inklusif,” lanjut Shinta.
Sehingga, lewat usaha kita besar atau kecil, kita bisa membuka pintu lebih luas bagi perempuan-perempuan lain untuk bisa merdeka secara finansial. Salah satunya dengan menyediakan peluang usaha yang mendukung perempuan untuk berkembang dan berpartisipasi secara aktif dalam roda perekonomian nasional. Ini adalah tentang gender lens investing, GLI krusial diimplementasikan investor dalam berinvestasi.
Lulusan Barnard College of Columbia University dan Harvard Business School ini menambahkan, “Kita mesti bisa memberi peluang, agar perempuan lebih berdaya lewat kemandirian finansial yang kita ciptakan untuk kaum Hawa. Apalagi, usaha yang dimiliki perempuan umumnya kental dengan nilai kolaboratif lewat social responsibility, keterlibatan komunitas, dan tentunya merefleksikan diversity, serta memberikan dampak pada equitable and sustainable future untuk kita semua.”