“Sudah tua kok masih ke gym? Buat apa? Nanti cedera, lho.” Ungkapan seperti itu menunjukkan bahwa banyak orang beranggapan bahwa kalau sudah tua, tak perlu berlatih teratur. Padahal justru sebaliknya, lansia harus berlatih, agar tidak mudah cedera saat misalnya tersandung, atau supaya bisa main bersama cucu, tetap bisa traveling, ingin mendaki gunung, atau supaya bisa sujud mapun mudah berdiri saat shalat.
Latihan fisik yang dimaksud di sini adalah latihan kardio, core, keseimbangan, kelincahan, mobilisasi, dan yang sangat penting adalah resistance training untuk memperkuat otot-otot rangka besar. Mengapa? Karena semakin tua seseorang, massa otot dan kepadatan tulang akan berkurang, refleks melambat, dan sulit memertahankan keseimbangan.
Hal ini meningkatkan risiko patah tulang dan cedera kepala yang dapat menyebabkan lansia menjadi terbaring di tempat tidur dan merembet menimbulkan gangguan kesehatan serta menurunkan kualitas hidup. Tentunya kita tidak juga harus menunggu usia lanjut untuk memulai berlatih. Sebaiknya memang latihan dimulai saat usia masih muda agar badan memiliki simpanan massa otot dan tulang yang banyak.
BACA JUGA:
Ionation 2023 Selebrasi Pencinta Workout Persembahan Ion Water
Menjadi Sehat dengan Aman di Eka Gym Fitness Center
Tujuan orang untuk berlatih biasanya untuk meningkatkan kebugaran atau alasan kesehatan, membentuk badan, memperkuat otot-otot, untuk prestasi, dan mempertahankan fungsi sehari-hari. Nah, yang sering dilupakan atau tidak disadari adalah dampak latihan terhadap fungsi otak dan kondisi mental seseorang. Berbeda dengan pembentukan otot, tulang serta peningkatan kebugaran yang memerlukan waktu lama untuk mencapainya, maka pengaruh latihan atau olahraga terhadap kondisi mental seseorang itu ada yang dapat dirasakan segera, jangka menengah maupun jangka panjang.
Apa saja dampaknya? Latihan membuat mood lebih baik, meningkatkan energi, dan memperbaiki fungsi kognitif secara umum, khususnya memori dan atensi. Latihan juga meningkatkan Brain-Derived Neurotrophic Factors (BDNF) yang penting untuk memelihara kehidupan sel saraf, membantu membentuk jaringan sel-sel saraf baru, dan untuk neuroplastisitas, yaitu kemampuan otak untuk berubah serta beradaptasi sepanjang hidup seseorang.
Selain peningkatan mood, yang langsung terasa selesai latihan adalah bertambahnya energi dan kemampuan untuk fokus, sehingga kita akan lebih bersemangat melakukan kegiatan hari itu. Hal ini karena latihan akan segera meningkatkan kadar dopamine, serotonin, dan noradrenalin serta memicu keluarnya endorfin, yang menimbulkan rasa senang. Latihan juga akan memperbaiki kualitas tidur. Satu sesi latihan mampu meningkatkan kemampuan untuk memusatkan, mempertahankan, dan mengalihkan perhatian yang dapat bertahan paling tidak selama dua jam sesudah latihan. Satu sesi latihan juga akan memerbaiki reaction time yang akan mengubah anatomi, fisiologi, dan fungsi otak, dan dampak ini bertahan selamanya.
Latihan teratur juga memiliki efek protektif terhadap otak dengan membesar dan menguatnya hipokampus serta korteks pre-frontal. Hipokampus adalah area otak yang bertanggung jawab untuk menyimpan memori tentang fakta dan kejadian-kejadian, hubungan antara satu kejadian atau objek dengan objek lainnya, bagaimana otak menyusun memori berdasarkan urutan waktu, sedang area korteks pre-frontal berkontribusi terhadap perkembangan kepribadian seseorang.
Kedua area ini rentan terhadap penyakit neuro-degeneratif dan penurunan fungsi kognitif normal, sehingga bila kita berlatih teratur dalam jangka panjang diharapkan dapat mencegah proses penuaan dini. Dari pemaparan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa latihan teratur dapat dianjurkan untuk orang-orang yang mengalami depresi, gangguan kecemasan (anxiety), gangguan memori, serta gangguan pemusatan perhatian.
Pertanyaannya, begitu besar keuntungan yang didapat dari berlatih teratur, tapi mengapa orang malas berlatih, atau sudah mulai berlatih namun sulit mempertahankan kebiasaan ini? Umumnya orang cenderung ingin hasil yang cepat, tetapi mudah menyerah bila mengalami ketidaknyamanan yang juga dirasakan.
BACA JUGA:
Pentingnya Asupan Serat bagi Karyawan Kantoran
Makanan yang Cocok untuk Raw Food Diet
Bagaimana tips mengatasi hal ini? Pertama, buatlah goal yang konkret dan terukur. Misalnya, lingkar pinggang, persentase massa lemak dan massa otot, atau mampu melakukan kegiatan tertentu seperti ikut marathon. Mulailah dengan goal yang kecil dulu serta kadar latihan yang ringan, lalu perlahan ditingkatkan. Jangan buru-buru melakukan sesuatu yang berat. Jangan terintimidasi orang lain, fokus pada peningkatan kemampuan diri sendiri.
Buatlah rekaman capaian, misalnya dengan membuat jurnal, atau foto before and after. Dengan demikian, kita akan mendapatkan sense of achievement yang tentu saja akan meningkatkan rasa percaya diri. Jangan lupa, dengan badan yang bugar dan kuat, kita dapat lebih lama mempertahankan fungsi pekerjaan maupun sosial kita, sehingga memiliki kualitas hidup yang baik. Yuk, bisa yuk! .