Page 49 - 063-mei
P. 49
“ApA yAng kitA lAkukAn terhAdAp hutAn
di duniA AdAlAh cerminAn ApA yAng
kitA lAkukAn terhAdAp diri sendiri dAn
kepAdA orAng lAin.” - gAndhi
tampak di kejauhan dari Tanah Abang. Di India untuk
pertama kalinya muncul jenis kadal yang telah lama
dianggap punah. Di Australia kangguru berjalan
santai di jalan raya. Domba berkeliaran di jalanan
Inggris dan Turki. Dunia menjadi bersih tanpa polusi.
Semua terbalik, manusia di kandang, sedang hewan
berkerumun di jalanan. Covid-19 menyadarkan bahwa
selama ini ternyata kita yang menjadi 'virus' buat
mereka. Bahwa hewan dan alam semesta terganggu
dengan kerumunan manusia. Padahal kerumunan
adalah cara hidup, kebiasaan dan tujuan manusia.
Nyaris manusia tidak dapat melakukan apapun tanpa
kerumunan. Ibadah, bepergian, sekolah, olahraga, dan
liburan semua berjalan dalam format kerumunan. Kini
kita diajarkan suatu prinsip terbalik 'Berkerumun kita
runtuh, berpisah kita utuh'. Covid-19 tak bisa dilawan.
Untuk sesuatu yang tidak bisa dilawan kita harus
beradaptasi. Pilihannya adalah 'adapt or perish'.
ADAPTASI DIRI
Hampir semua negara yang telah menerapkan
memahami dirinya sebagai bagian tak terpisahkan lockdown perlahan tapi pasti merelaksasi aturan
dari alam semesta beserta isinya. Sebagai bagian di tengah-tengah keadaan pandemi yang masih
dari mekanisme alam seharusnya manusia menjadi berlangsung dan vaksin antivirus belum ditemukan.
pemelihara kehidupan, bukan penguasa alam. Satu-satunya jalan untuk tetap hidup adalah dengan
mengikuti protokol kesehatan, menghindari kerumunan,
KEHIDUPAN TERBALIK ; KUDETA ALAM masker, cuci tangan, dan menjaga jarak dalam setiap
Tidak pernah kita bayangkan seluruh tempat ibadah suasana maupun keadaan. Jika lalai maka kita akan
kosong tanpa jemaah. Tempat wisata ditutup untuk menjadi makhluk yang paling mengancam atau
umum, hotel tak berpenghuni, pusat perbelanjaan membahayakan orang lain. Kehidupan kita ke depan
tak dapat dikunjungi, perkantoran sepi, penerbangan adalah kehidupan membatasi diri dan keinginan. Hidup
dari dan ke dalam serta luar negeri ditunda. Kemudian berdampingan dengan 'bahaya' yang selalu mengintai.
event launching ditiadakan, acara olahraga dibatalkan. Sebagaimana kehidupan manusia purba zaman
Kegiatan kampus dan sekolah dibekukan. Tiada dahulu di tengah hutan, hidup kembali berdampingan
manusia berlalu lalang di jalanan. Sebaliknya sempat dengan alam. Kita bukan lagi penguasa, tapi kita bisa
terjadi hal yang amat menakjubkan di langit Jakarta, memilih untuk menjadi pemelihara alam semesta.
langit begitu cerah menampakkan awan bergulung- Biasakanlah diri agar alam semesta tetap selalu
gulung. Pemandangan Gunung Salak dan Gede mendukung keberadaan kita.
| 49