Ancaman inflasi global tengah melanda sejumlah negara, dan diproyeksikan akan terus berlanjut hingga 2023. Apalagi kenaikan harga minyak mentah akibat perang Ukraina yang belum bisa dipastikan akan mereda dalam waktu dekat. Hal ini turut berdampak pada iklim investasi di Tanah Air dan perusahaan yang bergerak di industri tersebut, seperti BNP Paribas Asset Management.
Belajar dari pandemi Covid-19, perusahaan asal Prancis ini telah mengambil langkah antisipasi. Maya Kamdani, sang direktur yang menangani marketing dan product development, mengungkapkan strateginya kepada Women’s Obsession.
Ditemui di kantornya, dia mengatakan, “Setiap kali ada pergerakan atau perubahan ekonomi, baik secara nasional maupun global, pasti mempengaruhi strategi perusahaan maupun karakter dan cara berinvestasi. Tetapi kami selalu berusaha menyiapkan satu solusi investasi bagi investor. Kami juga selalu mendampingi, agar mereka tidak panik dan terbawa emosi, sehingga langsung menjual investasi mereka.”
Investasi Berkelanjutan
Menurut perempuan yang mengawali kariernya sebagai financial analyst di Boston ini, kondisi inflasi membuat banyak pihak berusaha mengamankan aset mereka. Meskipun tak sedikit yang menahan diri untuk berinvestasi dan menunggu situasi membaik, namun minat masyarakat berinvestasi terhadap produk keuangan tetap ada. Memanfaatkan peluang tersebut, Maya mengadakan program edukasi sejalan dengan gerakan ‘We are the Future Makers’ dalam rangka perayaan hari jadi ke-30 BNP Paribas.
Menyadari semakin pentingnya peranan investasi terhadap masa depan dan juga terhadap perekonomian bangsa, perusahaan ingin mempertegas komitmen melalui berinvestasi, kita dapat berupaya memberikan dampak positif terhadap dunia sekitar dan generasi penerus. Mengusung topik berkelanjutan dan inklusivitas, BNP Paribas turut menghadirkan pilihan investasi berkelanjutan (sustainable investment) yang menjadi perhatian generasi milenial.
BACA JUGA:
Ermey Trisniarty: Selalu Fokus & Konsisten
Leona A Karnali: Mewujudkan Rumah Sakit Berstandar Internasional
“Untuk ini, sejak awal kami senantiasa mengupayakan agar solusi investasi yang kami berikan mempunyai tujuan jangka panjang yang dapat mendukung masa depan investor. Keberlanjutan bagi masa depan investor kami tampak pada proses investasi terstruktur dan spektrum reksa dana yang tidak hanya memberikan hasil investasi secara finansial, tetapi juga secara sosial,” papar penggemar olahraga berkuda ini.
Sebelumnya, BNP Paribas meluncurkan produk reksa dana indeks Sri - Kehati sebagai salah satu pilihan tepat bagi investor yang kian sadar akan pentingnya kelestarian hayati. Lalu ada pula reksa dana indeks mengikuti indeks luar negeri bertemakan teknologi. “Animonya cukup tinggi, karena teknologi merupakan sektor yang banyak digunakan saat pandemi. Walaupun di tengah-tengah gejolak, sektor teknologi mengalami penurunan, tetapi sebagai salah satu sektor yang selalu dibutuhkan masyarakat, ini jadi tema yang kami tawarkan. Sifatnya yang long term bisa memberi manfaat kepada investor,” ujar peraih gelar MBA dari Bentley College ini.
Perempuan di Bidang Finansial
Menurut Maya kesetaraan gender di industri finansial Tanah Air saat ini bisa dikatakan cukup maju dibanding negara berkembang lainnya. Banyak posisi strategis kini diduduki perempuan, seperti di perbankan dan reksadana. Dari sisi regulator, kita bahkan memiliki perempuan yang menjabat sebagai menteri keuangan dan menteri luar negeri. Tak hanya itu, di Otoritas Jasa Keuangan pun banyak perempuan menduduki posisi yang memberikan banyak perubahan.
“Kami termasuk perusahaan yang cukup beruntung, karena secara global pun kami berusaha memberi kesempatan yang sama terhadap perempuan. Saat ini di Indonesia posisi karyawan perempuan sekitar 45%. Banyak kepala departemen dijabat perempuan. Selain saya, head equity, head of compliance legal, operation, finance, HR, banyak pula diisi perempuan,” tutur perempuan yang semasa sekolah dulu tidak pernah membayangkan akan bekerja di reksa dana.
Namun, bukan berarti tidak ada tantangan yang dihadapi. Bagi ibu dua anak ini tantangan terbesar seorang perempuan pekerja adalah masalah mengatur waktu. Dia mengungkapkan, “Sebagai perempuan berkarier kita dituntut mencapai target tertentu, agar tetap bisa berkinerja memberikan kontribusi terhadap perusahaan. Di sisi lain sebagai ibu, istri, ada peran lain yang harus kita jalankan. Membagi waktu antara dua hal ini bukan perkara mudah, sampai saat ini masih menjadi tantangan bagi saya.”
BACA JUGA:
Evelyn Yonathan: Gender Bukan Halangan
Kerry Na Basaria: Terpanggil Memajukan Tenun Batak
Maya beranggapan work life balance sama dengan pasar ekonomi yang terus bergejolak, masih terus ada penyesuaian. Dia tidak menampik dirinya setiap kali harus melakukan prioritas ulang dan support system seperti keluarga merupakan bagian penting dalam menjaga keseimbangan tersebut. Prinsipnya bahwa tidak ada sesuatu yang tidak bisa dikerjakan perempuan diturunkannya kepada kedua putrinya.
“Jangan pernah mengatakan tidak bisa. Katakan belum bisa. Selalu mau mencoba dan belajar, serta open minded. Satu yang juga selalu saya pegang, adalah selalu hormat kepada orang yang lebih tua, tidak peduli posisi atau apa pun. Senioritas itu menurut saya merupakan suatu panutan yang membuat kita selalu ingat untuk kembali rendah hati,” tutupnya mengakhiri perbincangan dengan Women’s Obsession sore itu. Nur A | Foto: Edwin B